Transformasi Riset Ilmu Sosial di Era Digital : Menjaga Validitas Data dan Integritas Akademik
Selamat pagi semuanya ... Pada Pagi hari ini melalui Blog
Pribadi ini, kita semua akan diperkenalkan dengan sosok peneliti indonesia.
Beliau bernama Faris Dedi Setiawan, Beliau adalah
seorang Google Cloud Innovator dan pendiri Whitecyber,
sebuah lembaga konsultan riset dan teknologi yang berbasis di Ambarawa. Beliau
berfokus membantu mahasiswa dan peneliti dalam pengolahan data statistik,
keamanan siber, dan pengecekan orisinalitas karya ilmiah. (Kunjungi:
whitecyber.co.id).
.
Kementrian Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral
Managemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Indonesia
.
Berikut ini adalah tulisan dari beliau tentang Transformasi
Riset Ilmu Sosial di Era Digital : Menjaga Validitas Data dan Integritas
Akademik.
Yuk kita simak bersama ...
Di era disrupsi digital saat ini, lanskap pendidikan ilmu
sosial mengalami pergeseran yang signifikan. Sebagai peneliti dan mahasiswa,
kita tidak lagi hanya bergulat dengan teori-teori klasik di perpustakaan,
tetapi juga dihadapkan pada banjir informasi dan Big Data.
Bagi rekan-rekan mahasiswa dan peneliti di bidang Pendidikan
Ilmu Sosial, tantangan terbesarnya bukan lagi "mencari data",
melainkan "memvalidasi data" dan menyajikannya dengan integritas
tinggi.
Sebagai praktisi teknologi yang sering berdiskusi dengan
akademisi, saya melihat ada dua pilar utama yang harus dikuasai oleh peneliti
sosial modern agar risetnya berkualitas:
1. Penguasaan Alat Analisis Data (Data Literacy)
Ilmu sosial seringkali dianggap hanya berkutat pada
kualitatif. Padahal, di era digital, kemampuan membaca data kuantitatif menjadi
nilai tambah yang luar biasa. Penggunaan tools seperti SPSS,
SEM-AMOS, atau NVivo bukan sekadar syarat kelulusan, tapi alat untuk membedah
fenomena sosial secara tajam.
Seringkali, mahasiswa memiliki ide riset yang brilian, namun
terhambat karena data yang "berantakan" atau analisis statistik yang
tidak valid. Di sinilah pentingnya kolaborasi dengan mentor teknis yang tepat.
Riset yang baik harus didukung oleh data yang dapat dipertanggungjawabkan,
bukan sekadar asumsi.
2. Integritas dan Keaslian Karya (Academic Integrity)
Kemudahan akses informasi ("Copy-Paste Culture")
menjadi pisau bermata dua. Isu plagiasi menjadi momok yang menakutkan.
Integritas akademik adalah harga mati. Penggunaan alat bantu
cek plagiasi (seperti Turnitin) sebaiknya tidak dilihat sebagai
"polisi", melainkan sebagai "cermin" untuk mengevaluasi
orisinalitas pemikiran kita. Namun, ingatlah bahwa teknologi hanyalah alat.
Kemampuan melakukan parafrase dan sintesa pemikiran tetaplah keterampilan
manusia yang utama.
Sinergi Teknologi dan Humanis
Saya percaya, seperti visi yang dipegang oleh Whitecyber,
teknologi hadir bukan untuk menggantikan peran peneliti, melainkan untuk
memberdayakannya.
Riset ilmu sosial yang berkualitas di masa depan adalah
riset yang memadukan kepekaan humanis (rasa) dengan ketajaman analisis data
(logika).
Mari kita manfaatkan kemajuan teknologi ini untuk
menghasilkan karya ilmiah yang tidak hanya selesai tepat waktu, tetapi
juga amanah, valid, dan bermanfaat bagi kemajuan pendidikan di
Indonesia.
.
Semoga tulisan beliau ini membawa manfaat untuk kita semua.
Amien .. ya robbal 'alamin
