Jadi Guru…..Tidak ASAL Mengajar
'Sebuah Renungan & Refleksi Diri Di Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2025”
Pastinya dalam kehidupannya, setiap manusia memiliki harapan, cita-cita dan pilihan untuk masa depannya agar lebih baik dan sukses sesuai kodrat manusia. Di muka bumi segala yang dilakukan dan diusahakan manusia untuk kenyamanan, kemapanan dan kebahagiaan dalam kehidupannya.
Oleh: Sulistyowati
(Guru, Penulis & Narasumber)
Dari sekian pilihan adalah menjadi seorang guru. Perlu dipahami menjadi seorang guru bukan suatu cita-cita atau pilihan tetapi merupakan panggilan, karena tidak sembarang orang bisa menyandangnya. Artinya menjadi guru tidak mudah, karena membimbing manusia untuk berubah kearah yang lebih baik dalam menggapai cita-cita serta untuk kehidupan yang di masa depan.
Seorang guru punya tugas mulia dan peran penting mempersiapkan generasi bangsa yang diawali dengan pembelajaran di dalam kelas. Dengan kata lain guru memiliki kekuatan membuat anak bersemangat untuk selalu belajar dan berbuat apapun dan kapanpun. Guru memiliki posisi yang sangat kuat memberi teladan, memiliki potensi menginspirasi murid melakukan suatu secara kreatif, inovatif dengan penuh kasih sayang dan tetap santun.
Namun, kenyataannya guru belum sepenuhnya melakukan atau mengoptimalkan potensi, posisi, atau kekuatan yang dimiliki. Bahkan kurang mengenali dan memahami karakteristik para muridnya. Akibatnya, murid menjadi tidak bersemangat untuk belajar, meniru ketidakdisiplinan, hingga sama sekali tidak terinspirasi untuk melakukan aktivitas yang lahir dari daya kreatif dan inovatif mereka.
Kondisi semacam ini sangat disayangkan, memang tidak mudah membuat anak selalu termotivasi untuk belajar serta terbiasa berbuat baik bahkan menjadikan suatu kebiasaan positif dalam kehidupannya. Tidak bisa dipungkiri potret keteladanan juga melekat pada diri guru. Bahkan murid terkadang lebih percaya pada guru dari pada percaya kepada orang tua.
Jadi sudah selayaknya guru mawas diri dari suatu tindakan/perilaku tidak baik yang nantinya akan dicontoh oleh para muridnya. Bahkan akan berdampak terhadap tercetaknya generasi bangsa yang tidak sesuai dengan tujuan Negara yang sudah dituangkan dalam Tujuan Pendidikan Nasional yang merupakan cita-cita besar bangsa Indonesia di masa depan.
Dalam lingkup keilmuan, guru hendaknya juga selalu rajin menimba ilmu dari berbagai forum ilmiah dan berbagai media serta dibiasakan untuk mendengar, membaca buku serta mengamati berbagai fenomena kehidupan untuk menambah iman serta pengetahuan. Kemudian, menstranfer kebiasaan tersebut kepada muridnya, memotivasi murid untuk rajin membaca dan mendengar agar bertambah iman dan ilmunya, hingga para murid memahami betul arti penting untuk belajar sepanjang hayat mereka.
Guru hendaknya mengajar dengan hati dan jiwa yang tulus, mengajak muridnya untuk selalu menerapkan serta menyebarkan ilmu atau menyampaikan kebaikan kepada orang lain, kelak mereka memahami arti penting menegakkan kebenaran dan kebaikan pada saat dewasa nanti.
Dengan berkembangnya arus teknologi & komunikasi yang begitu cepat & sulit dibendung, mengharuskan seorang guru juga untuk selalu membuka diri, belajar dan terus meng update khasanah keilmuan, ketrampilan serta keimanan agar tidak tergerus dengan kecepatan serta pengaruh laju arus IPTEK.
Bahkan bisa jadi para murid kita akan lebih dulu memahami dan menguasai IT serta perangkatnya, hal ini kalau tidak dipahami guru akan jadi bumerang dalam tugasnya untuk mengelola serta mengembangkan segala potensi para muridnya. Kita saksikan di berbagai media serta kehidupan, bagaimana perilaku para murid terhadap guru, yang kurang menghargai dan kurang respeck terhadap guru serta semakin rendahnya apreasiasi para wali murid.
Ini semua tantangan di era milenial, untuk itu guru harus benar-benar tanggap pada kondisi saat ini. Tidak ada pilihan lain, harus terus meng update dan menghebatkan diri untuk terus belajar dan belajar. Salah satu kewibawaan seorang guru terletak pada penguaasan ilmu/diri dan juga kuatnya dalam beragama (jalur langit).
Memberi motivasi, keteladanan dan inspirasi sepatutnya dilakukan secara istiqamah, terus menerus, diulang-ulang tanpa mengenal bosan dan putus asa dengan tujuan mencari pahala bukan piala. Keistiqamahan itu Insya Allah akan dimudahkan oleh Allah Ajja Wa Jalla jika diiringi dengan upaya untuk selalu mempertautkan hati dan pikiran kepada Rabb Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Pertautan itu hadir manakala kejernihan pikiran terbina dengan bingkai pikiran positip kerelaan atas ketetapan Allah Taala, kesucian hati terawat dengan bacaan dzikir, dan kesucian fisik juga terjaga dengan basuhan air wudhu (beragama Islam). Untuk yang beragama lain pastinya punya dasar & aturan sesuai keyakinannnya.
Insya Allah, guru akan siap menjadi guru profesional berkarakter kuat yang dimudahkan dan dilancarkan untuk mewujudkan generasi emas Indonesia yang hebat bermartabat. Selamat berjuang para guru hebat Nusantara dalam mengemban amanat bangsa, tugas mulia yang tidak semua orang memiliki kesempatan tersebut, Wallahu Alam Bi Showab.