Pahlawan Versi Blankonisme
Dari artikel dosen blangkon yang saya baca yaitu tentang “Hari Pahlawan dalam Perspektif Blankonisme” terdapat satu kutipan yang menarik perhatian saya yaitu kalimat “Pahlawan sejati bukan hanya mereka yang berdiri di medan perang, tetapi juga mereka yang berani menundukkan kepala untuk menegakkan martabat manusia”.
Oleh : Katarina Anindya Via Krisnanti, Mahasiswa STIKES Panti Waluya Malang
Dari kutipan kalimat tersebut memberikan suatu pesan dimana arti sebenarnya sebagai seorang pahlawan. Seperti yang diketahui bahwa pahlawan biasanya adalah seseorang yang gagah berani terjun dalam peperangan dan memegang senjata hingga berani mengorbankan nyawanya untuk melawan senjata. Pahlawan bukan hanya dia yang memiliki keberanian melawan musuh tetapi juga dia yang berani untuk melawan sikap negatif dalam dirinya seperti ego, amarah dan keangkuhan yang ada di dalam dirinya.
Pada kalimat tersebut menunjukkan bahwa pahlawan yang sejati bisa saja berada disekitar kita dimana mereka berani menurunkan ego, amarah, dan keangkuhannya untuk menegakkan martabat manusia. Dalam kalimat ini “menundukkan kepala” yang dimaksud adalah sebagai simbol dari kesabaran, kerendahan hati, dan penghormatannya kepada sesama manusia dan berani menjunjung tinggi nilai kemanusiaan tanpa memandang jabatan, suku, agama, budaya dan hal sensitif lainnya. Pahlawan sejati yang ada pada kalimat bukan hanya dia yang hebat secara fisik saja namun juga dia yang memiliki kemampuan untuk selalu berbuat baik, tidak sombong dan angkuh juga dapat mengayomi dan memanusiakan manusia.
Nilai-nilai yang dapat dipelajari dari kalimat menarik tersebut adalah kerendahan hati, kebijaksanaan, dan kemanusiaan. Kerendahan hati yang tadi juga sudah disebutkan pada paragraf kedua, dimana pahlawan sejati bukan dia yang tidak mau kalah/salah namun dia yang berani mengakui setiap kesalahannya dan mau meminta maaf tanpa adanya suruhan atau paksaan. Mengakui kesalahan atau meminta maaf terlebih dahulu bukan berarti kita selalu salah dan kalah namun menunjukkan sikap kerendahan hati kita untuk selalu sabar dan ikhlas. Nilai kedua yang dapat diambil adalah tentang kebijaksanaan, dimana seseorang dapat mengontrol emosinya saat terjadi suatu masalah. Suatu masalah tidak akan terselesaikan hanya dengan emosi melainkan yang membantu suatu masalah terselesaikan adalah dengan mencari solusi dengan kepala dingin dari pada memperkeruh suasana yang hanya menimbulkan emosi sesaat dan membuat permasalahan yang harusnya terselesaikan dengan cepat malah menjadi lebih rumit. Point ketiga dari nilai tersebut adalah kemanusiaan. Seperti yang sudah kita bahas dari paragraf sebelumnya tadi bahwa kita sebagai manusia memiliki martabat yang sama, memiliki hak yang sama sebagai warga khususnya sebagai warga Indonesia. Meskipun kita memiliki berbagai suku, agama, budaya, dan jenis kelamin namun kita ini sama. Tanpa memandang apapun, kita sebagai manusia berhak mendapatkan kehormatan, berhak dihargai, dan berhak memiliki perilaku adil sebagai masyarakat Indonesia. Seperti pada tulisan yang berada pada burung garuda yaitu bhineka tunggal ika yang memiliki arti “berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Pada tiga nilai yang kita pelajari pada kutipan kalimat diatas dapat lebih diperjelas bahwa seseorang dikatakan sebagai pahlawan bukan hanya mereka yang berani mati namun juga mereka yang berani menurunkan ego dan keluar dari zona nyamannya untuk kepentingan bersama. Tanpa kita sadari, banyak pahlawan sejati yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari keluarga, lingkungan pertemanan atau bisa saja dalam diri kita sendiri. Contoh kecil seorang pahlawan sejati yang kita temukan dalam kehidupan kita namun tidak kita sadari adalah orangtua. Iya benar dia adalah orangtua kita. Kedua orangtua kita yang mau melakukan apapun, bekerja keras untuk mendapatkan memenuhi kebutuhan hidup keluarga, untuk menyekolahkan anak-anaknya, untuk memenuhi segala keperluan anaknya. Mereka berani bekerja apapun demi keberlangsungan hidup anak-anaknya. Meskipun dalam pekerjaannya dia lelah, dia gengsi, tidak nyaman, dan merasa tidak cocok namun dia tidak mau menyerah begitu saja, dia berani menurunkan egonya demi anak-anaknya oleh karena itu kita sebagai anak sepatutnya menghargai perjuangan orangtua kita, kita sepatutnya menjadi anak yang menghormati dan jangan sampai kita bersikap durhaka terhadap kedua orangtua kita. Jangan biarkan orangtua kita dimasa tuanya hidup sendiri, kita sebagai anak harus membalas segala perjuangan yang sudah rela dilakukan oleh orangtua kita meskipun mereka kadang merasa lelah.
Contoh lain yang biasanya ada dalam diri kita dan kehidupan sehari-hari kita adalah saat kita diperlakukan tidak adil baik dilingkungan sekolah, kampus atau mungkin di lingkungan pertemanan lainnya. Diperlakukan tidak adil memang membuat hati jengkel, emosi menggebu, pemikiran negatif, dan perasaan tidak enak lainnya yang nantinya akan menjadi dendam. Namun agar tidak menjadikan hal tersebut menjadi dendam, kita harus berani ikhlas dan memaafkan. Kita tahu bahwa memaafkan itu hal yang sulit namun dengan memaafkan bukan berarti kita menjadi seseorang yang lemah dan kalah. Kita harus berani menundukkan kepala kita, tetap bersikap tenang dan mencoba untuk memaafkan orang lain. Hal tersebut juga menjadi salah satu contoh menjadi seorang pahlawan sejati, karena mengalah bukan berarti kalah.
Dapat disimpulkan dari kalimat “Pahlawan sejati bukan hanya mereka yang berdiri di medan perang, tetapi juga mereka yang berani menundukkan kepala untuk menegakkan martabat manusia” mengajarkan kepada kita bahwa sebagai pahlawan sejati tidak hanya selalu berjuang mengangkat senjata dan berada didalam medan perang namun sebagai pahlawan sejati juga bisa hadir dalam kehidupan sehari-hari dan dalam sikap yang sederhana tetapi memiliki arti dan makna yang besar seperti pada contoh yaitu menurunkan ego, bekerja keras, memaafkan, peduli kepada orang lain dan bersikap rendah hati. Setiap orang dapat menjadi pahlawan untuk melawan ego, amarah dalam diri untuk menciptakan suatu perdamaian dan menegakkan martabat manusia.

