MODUL REFLEKSI 1-3 EKSOS THEORY
🌿 Pertemuan 1–3: Kesadaran Ekologis
Tema Umum:
“Anak, Alam, dan Tanggung Jawab Hidup Bersama”
(Dimensi Ekologis dalam Pendidikan Kewarganegaraan)
🪴 Pertemuan 1 – Alam sebagai Guru Pertama
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa memahami bahwa kesadaran ekologis adalah dasar pendidikan kewarganegaraan bagi anak usia dini; mengembangkan sikap tanggung jawab terhadap lingkungan sebagai bentuk cinta tanah air.
Uraian Materi
Alam bukan sekadar ruang belajar, tetapi guru pertama bagi manusia.
Sebelum anak mengenal huruf, ia telah belajar dari angin, air, dan tanah.
Dalam perspektif EKSOS THEORY, dimensi ekologis mengajarkan bahwa manusia adalah bagian dari jalinan kehidupan — bukan penguasa, tapi penjaga.
Pendidikan kewarganegaraan menanamkan nilai cinta tanah air bukan hanya lewat lagu kebangsaan, tetapi lewat penghargaan terhadap bumi tempat kita berpijak.
Guru PAUD yang berjiwa ekologis mengajarkan anak:
Menyapa alam dengan rasa hormat (tidak membuang sampah, menyayangi binatang).
Mengenal ciptaan Tuhan sebagai bagian dari kehidupan bersama.
Menyadari keterhubungan antara manusia dan lingkungan.
Refleksi Dosenblankon
Anak yang memungut daun dengan lembut lebih Pancasilais daripada orang dewasa yang berbicara tentang cinta bangsa tetapi mencemari sungai.”
Aktivitas Reflektif
Mahasiswa menulis jurnal: “Apa pengalaman ekologis paling berkesan dalam hidupku?”
Diskusi kecil: Bagaimana pengalaman itu bisa menjadi inspirasi pembelajaran PAUD?
Catatan EKSOS
Kesadaran ekologis menumbuhkan nilai sila ke-2 dan ke-5 Pancasila: kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia — karena menjaga bumi adalah menjaga kehidupan semua makhluk.
🌾 Pertemuan 2 – Anak Belajar dari Alam
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu mengintegrasikan nilai-nilai ekologis dalam kegiatan pembelajaran PAUD sebagai bentuk penguatan karakter kewarganegaraan.
Uraian Materi
Pendidikan kewarganegaraan di tingkat PAUD dapat dimulai dari pengenalan alam sekitar.
Misalnya: anak diajak mengamati hujan, daun gugur, atau kupu-kupu, lalu guru menuntun mereka memahami bahwa semua memiliki peran dalam kehidupan.
Guru PAUD sebagai warga negara ekologis mengajarkan rasa syukur dan tanggung jawab terhadap alam.
Nilai kewarganegaraan dalam konteks ini:
Menghargai hak makhluk hidup lain.
Mengembangkan rasa cinta terhadap tempat tinggal (lokalitas).
Mengajarkan etika hidup sederhana dan tidak berlebihan.
Menurut Bronfenbrenner (1979) dalam The Ecology of Human Development, perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari lingkungan; interaksi antara anak dan konteks ekologisnya membentuk kepribadian dan karakter sosialnya.
Hal ini menguatkan bahwa pendidikan kewarganegaraan dimulai dari relasi anak dengan lingkungannya.
Refleksi Dosenblankon
"Bangsa yang besar bukan karena teknologinya, tapi karena anak-anaknya tumbuh dengan rasa syukur pada pohon yang menaunginya.”
Aktivitas Reflektif
Rancang kegiatan pembelajaran PAUD berbasis lingkungan (contoh: “Hari Alam Kita”).
Mahasiswa membuat mini-rencana RPPH yang menanamkan nilai cinta lingkungan dan tanggung jawab sosial.
Catatan EKSOS
Dimensi ekologis dalam EKSOS Theory adalah latihan rasa hormat terhadap ciptaan.
Nilainya sejajar dengan sila pertama Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa, sebab mencintai alam berarti menghormati Sang Pencipta.
🌻 Pertemuan 3 – Ekopedagogi dan Kewarganegaraan Dini
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa memahami konsep ekopedagogi sebagai pendekatan pendidikan kewarganegaraan yang membangun kesadaran ekologis dan sosial anak usia dini.
Uraian Materi
Ekopedagogi adalah pendekatan pendidikan yang berakar pada kesadaran ekologis — berpikir kritis terhadap dampak perilaku manusia terhadap bumi (Gadotti, 2008).
Dalam konteks PAUD, ekopedagogi berarti menuntun anak merasakan hubungan batin dengan lingkungan, bukan sekadar mengenal objek alam.
Pendidikan kewarganegaraan ekologis mencakup:
1. Nilai cinta tanah air dalam bentuk kecintaan terhadap alam lokal.
2. Kesadaran tanggung jawab sosial untuk menjaga lingkungan.
3. Etika hidup berkelanjutan (sustainable ethics) dalam perilaku sehari-hari.
Guru PAUD berperan sebagai eco-civic educator — menumbuhkan kesadaran bahwa menjadi warga negara berarti ikut menjaga kehidupan bersama.
Dalam perspektif EKSOS THEORY, ekologis tidak berdiri sendiri: ia berjalin dengan kesadaran sosial dan spiritual. Anak belajar bahwa bumi bukan hanya “tempat tinggal”, tapi “tempat hidup bersama” yang harus dihormati.
Refleksi Dosenblankon
“Mengajar anak mencintai bumi adalah mengajar mereka menjadi warga negara yang paling sejati.”
Aktivitas Reflektif
Diskusi: Bagaimana ekopedagogi dapat diterapkan di lembaga PAUD berbasis perkotaan?
Buat refleksi tertulis: “Perubahan kecil apa yang bisa saya lakukan untuk menjadikan lingkungan belajar lebih berjiwa ekologis?”
Catatan EKSOS
EKSOS Theory mengajarkan bahwa pendidikan kewarganegaraan ekologis adalah titik awal spiritualitas kebangsaan.
Cinta tanah air tidak dimulai dari pidato, tapi dari rasa hormat terhadap tanah tempat kita berpijak.
🌺 Penutup Mini (Pertemuan 1–3)
Tiga pertemuan pertama menjadi fondasi kesadaran ekologis.
Mahasiswa PG-PAUD diajak tidak hanya berpikir tentang alam, tapi merasakan hidup di dalamnya.
EKSOS Theory membuka pandangan bahwa civic education sejati dimulai dari civic feeling — perasaan cinta, syukur, dan hormat terhadap bumi.
Sebab, seorang guru yang tidak mencintai bumi tempat anak berpijak, tidak akan pernah bisa mengajarkan cinta tanah air secara utuh.
“Pendidikan kewarganegaraan tidak lahir dari buku undang-undang,tapi dari kesadaran bahwa daun yang gugur pun adalah pelajaran tentang hidup bersama.”
— dosenblankon