Guru : Jadilah Lilin
![]() |
| Bersama peserta didik SD Insan Amanah Kota Malang |
Di sebuah ruangan luas yang riuh oleh suara kertas dan tawa kanak-kanak, Engelbertus Kukuh Widijatmoko berdiri seperti sebatang lilin yang menyala di tengah angin—tetap teguh, tetap terang.
Selamat HARI GURU 2025 !!
Ia datang bukan membawa kapur atau penggaris, melainkan membawa “virus” yang tak ingin disembuhkan siapa pun: virus menulis. Sebuah wabah kebaikan yang ia sebar tanpa masker, tanpa batas, dan tanpa jeda.
Ia melangkah dengan tenang, mengenakan jarik yang berkibar lembut seakan menyimpan ribuan cerita. Para siswa memandangnya seperti melihat pintu rahasia menuju dunia yang belum pernah mereka jelajahi. Tangan-tangan kecil mulai menari di atas kertas, seolah pena mereka berubah menjadi perahu yang mengarungi lautan imajinasi. Dan Kukuh—dengan senyum sederhana yang menyimpan keyakinan—menjadi angin yang mendorong layar perahu-perahu itu.
Setiap kalimat yang ia ucapkan adalah benih. Setiap contoh tulisan yang ia tunjukkan adalah mata air. Anak-anak itu, yang semula hanya memegang pena sebagai alat, kini memegangnya sebagai jalan pulang menuju diri mereka sendiri. Mereka menulis bukan karena diminta, tetapi karena “terinfeksi” oleh semangat yang menular begitu cepat.
Di tengah gelombang digital yang kadang membuat generasi muda hilang arah, Kukuh hadir bak kompas tua yang tak pernah salah membaca utara. Ia tidak sekadar mengajarkan cara menyusun kata, tetapi mengajari cara menyusun keberanian: keberanian untuk membayangkan, mengekspresikan, bercerita, dan bersuara.
Maka di Hari Guru ini, persembahan itu kembali berpulang kepadanya. Dari ratusan anak yang menunduk serius menulis mimpinya, dari lembar-lembar kertas yang penuh semesta kecil, dari tawa yang tak lagi sama setelah mengenal kekuatan cerita.
Engelbertus Kukuh Widijatmoko bukan sekadar menyebarkan virus menulis—
ia sedang membangun masa depan dengan huruf-huruf kecil yang tumbuh menjadi harapan besar.
Teruslah menjadi lilin yang menerangi !!!

