Gen Z Cintai Budaya
"Tresna marang budaya dhewe, amarga saka kana identitismu kebentuk"
Blankonisme merupakan sebuah gerakan reflektif-kultural yang berupaya membangkitkan kembali kesadaran manusia akan jati dirinya dalam konteks budaya. Istilah “reflektif” menunjukkan bahwa gerakan ini mengajak setiap individu untuk merenungi kembali krisis kemanusiaan dan identitas yang terjadi di era modern, di mana manusia, terutama generasi muda, sering terasing dari akar budayanya sendiri akibat arus globalisasi dan teknologi digital. Banyak anak muda kini lebih mengenal budaya asing dibandingkan warisan luhur bangsanya sendiri. Karena itu, Blankonisme hadir sebagai ajakan lembut sekaligus teguran halus agar generasi muda tidak kehilangan pijakan budaya yang menjadi sumber karakter dan kebijaksanaan hidup.
Oleh : Rahmat Dwi Hari Purwito, Mahasiswa Stikes Panti Waluya Malang
Sebagai gerakan “kultural,” Blankonisme menegaskan bahwa jalan untuk memulihkan kemanusiaan harus ditempuh melalui budaya — melalui nilai, simbol, tradisi, serta cara berpikir yang berakar pada kearifan lokal.
Gerakan ini mengajak anak muda untuk kembali bangga menggunakan bahasa daerah, mencintai seni tradisional, memahami filosofi hidup nenek moyang, serta menempatkan budaya sebagai bagian dari identitas diri yang modern namun tetap berakar. Dalam konteks ini, Blankonisme tidak menolak kemajuan zaman, tetapi mengingatkan bahwa modernitas tanpa akar budaya hanya akan melahirkan manusia yang kehilangan arah.
Melalui semangat reflektif ini, Blankonisme ingin menumbuhkan kesadaran bahwa menjadi manusia dan warga negara sejati berarti hidup dalam harmoni antara tradisi dan inovasi. Bagi anak muda, pesan Blankonisme jelas: cintailah budaya Indonesia bukan karena ia masa lalu, tetapi karena di dalamnya tersimpan masa depan. Budaya bukan beban, melainkan cermin kemanusiaan yang membuat kita tetap menjadi diri sendiri di tengah dunia yang terus berubah.
Bagi generasi muda, pesan Blankonisme sangat relevan. Di era digital yang serba cepat, banyak anak muda terjebak pada budaya instan, meniru gaya hidup luar negeri tanpa memahami nilai-nilai budaya Indonesia yang sesungguhnya kaya makna. Padahal, memahami budaya bukan berarti kuno atau kolot, melainkan cara untuk menemukan identitas dan arah hidup di tengah kebingungan zaman.
Anak muda perlu belajar bahwa budaya bukan hanya tarian, pakaian adat, atau upacara tradisi, tetapi juga cara berpikir, beretika, dan berinteraksi yang mencerminkan keindonesiaan. Blankonisme mengajak generasi muda untuk bangga menjadi diri sendiri, menghargai warisan budaya, dan menjadikannya sumber inspirasi untuk mencipta hal-hal baru yang berakar pada nilai luhur bangsa. Sebab tanpa budaya, kemajuan hanyalah tubuh tanpa jiwa.

