2025/11/10

Blankonisme VS Tugu Pahlawan

 


Bahwa kesadaran yang terintegrasi, seperti yang diajarkan Blankonisme, adalah fondasi kokoh yang melahirkan dan mempertahankan kemerdekaan. Dengan menelusuri sejarah di sini, kita tidak hanya mengenang pahlawan, tetapi juga mengikat janji untuk memikul tanggung jawab kewargaan.

Oleh : AMIN KUNAYATI, Mahasiswa RPL Afirmasi PGPAUD 2025 UNIKAMAK, TK BAITUL MANSHURIN


Blankonisme adalah sebuah kerangka filosofis yang membaca ulang makna mendalam dari penutup kepala tradisional Jawa, Blangkon, sebagai peta kesadaran kewargaan dari Nusantara. Setiap unsur Blangkon sarat nilai: mulai dari pola batik yang merepresentasikan Kesadaran Identitas—mengingatkan manusia untuk mengenali motif diri sebelum dunia menamai—hingga lilitan kain yang membentuk Iket, simbol Pengendalian Diri. 

Yang paling menonjol adalah Mondholan, tonjolan di bagian belakang Blangkon. Ini bukanlah hiasan, melainkan perlambang Tanggung Jawab Pikiran; pengingat bahwa setiap ide atau pikiran harus dipikul sebagai beban moral, bukan sekadar alat untuk memenangkan perdebatan. Sementara itu, Pet (bagian depan) melambangkan Arah Pandang Hidup, keberanian untuk melangkah maju tanpa kehilangan hormat pada sejarah dan akar budaya.

Manifestasi Filosofi di Museum Sepuluh Nopember

Prinsip-prinsip Blankonisme ini menemukan pembuktian historis yang paling heroik dan otentik di Museum Sepuluh Nopember Surabaya. Museum yang terletak tujuh meter di bawah Monumen Tugu Pahlawan ini mengabadikan Pertempuran 10 November 1945—momen di mana kesadaran berbangsa rakyat Surabaya mencapai puncaknya. Koleksi otentik, diorama pertempuran, dan rekaman suara legendaris Bung Tomo, adalah artefak yang menunjukkan praktik nyata Blankonisme dalam kancah perjuangan. Semangat Arek Suroboyo saat itu menunjukkan pemahaman mendalam terhadap mondholan. Mereka memikul beban moral untuk mempertahankan kemerdekaan, jauh di atas kepentingan pribadi dan rasa takut. Pikiran mereka tidak digunakan untuk melarikan diri, melainkan sebagai utang moral kepada bangsa, yang merupakan inti dari mondholan sejati.

Warisan Kesadaran dan Visi Kolektif

Lebih lanjut, kontrol emosi, keberanian, dan kesatuan tekad yang ditunjukkan para pejuang merupakan perwujudan tertinggi dari Iket (pengendalian diri). Para pahlawan menahan diri dari keputusasaan dan kekalahan demi visi yang lebih besar. Dalam konteks Blankonisme, Museum Sepuluh Nopember adalah Pet atau Visi Kolektif yang konkret. Bangunan ini mengingatkan generasi penerus untuk selalu menentukan arah maju (melangkah ke depan) tanpa pernah melupakan akar pengorbanan masa lalu. 

Mengunjungi museum ini adalah sebuah latihan historis untuk menumbuhkan kerendahan hati dan integritas, menunjukkan bahwa kesadaran yang terintegrasi, seperti yang diajarkan Blankonisme, adalah fondasi kokoh yang melahirkan dan mempertahankan kemerdekaan. Dengan menelusuri sejarah di sini, kita tidak hanya mengenang pahlawan, tetapi juga mengikat janji untuk memikul tanggung jawab kewargaan.





Postingan Terkait

Cari Blog Ini