2025/11/11

Blankonisme vs Pendidikan TPQ pada Anak Usia Dini

  


Blankonisme mengandung semangat pelestarian budaya Jawa melalui simbol blangkon, tata krama, dan falsafah hidup seperti eling lan waspada serta andhap asor. Sementara itu, pendidikan TPQ berfungsi menanamkan nilai-nilai keislaman, seperti keimanan, akhlak, dan kedisiplinan ibadah. Kedua sistem ini sering dianggap berjalan secara terpisah, padahal keduanya memiliki potensi integratif yang kuat dalam pembentukan karakter anak usia dini.


Oleh : Mawari’ati, Mahasiswa RPL Afirmasi PG PAUD 2025 Unikama, TK An-Nur Ridlotillah


Anak usia dini merupakan fase penting dalam pembentukan karakter, moral, dan identitas sosial. Pada masa ini, setiap bentuk pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian anak di masa depan. Dalam konteks masyarakat Jawa, muncul dua kekuatan utama yang membentuk nilai-nilai tersebut, yaitu blankonisme dan pendidikan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Blankonisme mengandung semangat pelestarian budaya Jawa melalui simbol blangkon, tata krama, dan falsafah hidup seperti eling lan waspada serta andhap asor. Sementara itu, pendidikan TPQ berfungsi menanamkan nilai-nilai keislaman, seperti keimanan, akhlak, dan kedisiplinan ibadah. Kedua sistem ini sering dianggap berjalan secara terpisah, padahal keduanya memiliki potensi integratif yang kuat dalam pembentukan karakter anak usia dini.


Blangkonisme sebagai bentuk kebangkitan identitas budaya Jawa menekankan pentingnya sopan santun, penghormatan terhadap orang tua, dan rasa tanggung jawab sosial. Nilai-nilai tersebut sebenarnya sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan adab dan akhlakul karimah. Dalam konteks pendidikan anak usia dini, nilai-nilai budaya ini dapat menjadi dasar penguatan pendidikan karakter. Melalui simbol-simbol budaya seperti blangkon, anak-anak diperkenalkan pada identitas lokal yang menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya sendiri. Pendidikan berbasis budaya lokal terbukti efektif dalam membangun kepekaan sosial dan moral anak sejak usia dini.


TPQ memiliki fungsi strategis dalam menanamkan nilai-nilai spiritual dan moral berbasis ajaran Islam. Anak-anak dikenalkan pada Al-Qur’an, doa-doa harian, dan kebiasaan ibadah yang membentuk kebiasaan religius. Pendidikan TPQ juga mendorong pengembangan akhlak melalui pembiasaan dan keteladanan. Dengan demikian, TPQ bukan hanya mengajarkan kemampuan membaca Al-Qur’an, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral universal seperti kejujuran, kesabaran, dan tolong-menolong yang sejalan dengan nilai sosial budaya Jawa.


Keterpaduan antara blangkonisme dan pendidikan TPQ dapat diwujudkan melalui pendekatan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal religius. Misalnya, kegiatan TPQ dapat dikemas dengan unsur budaya Jawa seperti tembang dolanan bernuansa islami, penggunaan bahasa halus dalam pembelajaran, dan penerapan etika sopan santun dalam interaksi guru–murid. Dengan cara ini, anak-anak belajar memahami nilai agama dan budaya secara bersamaan, tanpa menimbulkan dikotomi antara keduanya.


Sinergi antara blangkonisme dan pendidikan TPQ berpotensi menghasilkan generasi anak usia dini yang berakhlak mulia sekaligus berakar kuat pada budaya lokal. Pendidikan yang menggabungkan nilai budaya dan religiusitas tidak hanya membentuk anak yang taat beragama, tetapi juga memiliki karakter santun, hormat, dan beridentitas kuat. Dalam era globalisasi yang sering mengikis nilai moral dan budaya, integrasi semacam ini menjadi model pendidikan yang relevan dan kontekstual bagi masyarakat Indonesia.

Postingan Terkait

Cari Blog Ini