2025/11/09

Blankonisme VS PAUD

 



Dengan menyelaraskan nilai-nilai Blankonisme dalam pendidikan anak usia dini, guru 

dan orang tua tidak hanya melestarikan warisan budaya Jawa, tetapi juga membentuk generasi 

yang cerdas secara nalar, berjiwa sosial, dan berakhlak spiritual. Nilai luhur ini menjadi fondasi 

karakter bangsa yang berbudaya dan bermoral sejak usia dini. 

Oleh: Retno Wahyuni, Mahasiswa RPL Afirmasi 2025 UNIKAMA, Guru TK ABA 05 Kecamatan Junrejo - Kota Batu


Blankonisme merupakan simbol filosofis dari budaya Jawa yang mengandung makna mendalam tentang keseimbangan hidup. Blankon, penutup kepala tradisional, bukan hanya pelengkap busana, tetapi juga sarana pengingat bagi manusia untuk selalu menundukkan ego, berpikir bijak, serta menjaga keharmonisan antara diri, sesama, dan Tuhan.

 Dalam konteks pendidikan anak usia dini, nilai-nilai yang terkandung dalam Blankonisme dapat menjadi pedoman pembentukan karakter sejak dini melalui pengembangan aspek nalar, sosial, dan spiritual. 

Dari aspek nalar, Blankonisme mengajarkan pentingnya berpikir terarah, logis, dan penuh kesadaran. Guru dapat menanamkan nilai ini dengan mengajak anak berpikir kritis melalui kegiatan bermain edukatif, bercerita, dan pemecahan masalah sederhana. 

Anak belajar memahami sebab-akibat dan menumbuhkan rasa ingin tahu secara positif. 

 Pada aspek sosial, filosofi Blankon menumbuhkan semangat gotong royong, tenggang rasa, dan saling menghormati. Nilai ini dapat diterapkan melalui kegiatan kelompok, berbagi tugas, dan membantu teman. 

Anak belajar bahwa hidup harmonis terwujud dari kerja sama dan saling menghargai, sebagaimana ajaran luhur budaya Jawa yang menjunjung kebersamaan. 

Sementara dari aspek spiritual, Blankonisme mengajarkan sikap rendah hati, syukur, dan pasrah kepada Tuhan. 

Guru dapat menginternalisasikan nilai ini melalui kegiatan berdoa bersama, mengenal alam sebagai ciptaan Tuhan, dan menanamkan rasa syukur setiap hari. 

Dengan menyelaraskan nilai-nilai Blankonisme dalam pendidikan anak usia dini, guru dan orang tua tidak hanya melestarikan warisan budaya Jawa, tetapi juga membentuk generasi yang cerdas secara nalar, berjiwa sosial, dan berakhlak spiritual. Nilai luhur ini menjadi fondasi karakter bangsa yang berbudaya dan bermoral sejak usia dini. 

Postingan Terkait

Cari Blog Ini