Blankonisme VS Nilai Pahlawan Gen Z
Dari artikel dosen blankon yang saya baca yaitu “Hari Pahlawan dalam Perspektif Blankonisme” terdapat satu kutipan yang menarik perhatian saya yaitu kalimat “keberanian tidak selalu berarti menghunus bambu runcing”.
Oleh: Syella Lonika Wijaya, Mahasiswa STIKES Panti Waluya Malang
Dari kutipan kalimat tersebut memberikan suatu pesan mendalam bahwa esensi keberanian tidak selalu harus diwujudkan dalam bentuk perjuangan fisik atau tindakan heroik yang tampak gagah di mata dunia. Ungkapan ini mengingatkan bahwa keberanian sejati dapat hadir dalam bentuk yang lebih lembut, reflektif, dan manusiawi. Pada masa lalu, keberanian identik dengan perjuangan bersenjata melawan penjajah.
Namun, di masa kini, bentuk keberanian telah bergeser bukan lagi tentang mengangkat senjata, melainkan tentang bagaimana seseorang mampu mempertahankan prinsip, menyuarakan kebenaran, dan melakukan hal yang benar meskipun menghadapi tekanan sosial, ketakutan, atau risiko kehilangan sesuatu yang berharga. Keberanian moral seperti inilah yang menjadi simbol kepahlawanan modern.
Dalam kehidupan sehari-hari, keberanian ini dapat diwujudkan melalui tindakan-tindakan sederhana namun sarat makna. Seorang siswa yang menolak menyontek walau teman-temannya melakukannya menunjukkan keberanian untuk menjunjung kejujuran. Seorang guru yang terus mengajar di daerah terpencil tanpa pamrih juga memperlihatkan keteguhan hati dan semangat pengabdian.
Begitu pula seorang pekerja yang berani menolak praktik curang meskipun dapat mengancam posisinya, atau seorang warga yang tetap berbuat baik di lingkungan yang penuh ketidakpedulian. Bahkan keberanian dapat muncul dalam bentuk yang sangat pribadi, seperti berani memaafkan kesalahan orang lain, mengakui kesalahan sendiri, atau bertahan dalam situasi sulit tanpa kehilangan harapan.
Dengan demikian, makna dari kalimat tersebut menegaskan bahwa keberanian tidak harus diukur dari besar kecilnya tindakan, tetapi dari ketulusan niat dan kekuatan hati dalam melawan kelemahan diri sendiri maupun tekanan dari luar. Pahlawan masa kini adalah mereka yang tetap berpegang pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan di tengah godaan zaman.
Keberanian yang sejati lahir dari hati yang berani berbuat benar, berpikir jernih, dan bertindak dengan kasih tanpa mengharapkan imbalan — karena dari keberanian sederhana itulah lahir perubahan besar bagi diri dan masyarakat.
Oleh karena itu, makna dari ungkapan “keberanian tidak selalu berarti menghunus bambu runcing” mengajarkan bahwa menjadi pahlawan tidak harus berperang di medan laga, tetapi mampu menaklukkan diri sendiri dan tetap berpegang pada kebaikan. Pahlawan sejati adalah mereka yang berani menjaga nilai-nilai kejujuran, empati, dan tanggung jawab di tengah dunia yang sering kali menggoda untuk berbuat sebaliknya. Dari keberanian kecil yang lahir dari hati tulus inilah, perubahan besar bagi kehidupan dapat dimulai.

