2025/11/21

Berpikir Kritis Demi Kemajuan




 Inti dari kalimat "Berpikir kritis ala Barat harus berdampingan dengan rasa hormat ala Timur" adalah tentang menciptakan keseimbangan. Kita tidak bisa hanya cerdas tapi kasar, atau sopan tapi mudah dibodohi. Kedua nilai besar ini kecerdasan berpikir dan keluhuran budi harus berjalan beriringan demi mewujudkan kemajuan yang utuh dan berkelanjutan.


Oleh Renato Hermanus Loe, Mahasiswa Stikes Panti Waluya Malang 


Dalam kondisi yang ideal, kita akan menggunakan ketajaman berpikir Barat untuk menganalisis masalah, mencari solusi inovatif, dan berani mempertanyakan kejanggalan. Hasil dari analisis tajam itu kemudian kita sampaikan dengan etika dan kesantunan Timur, memastikan setiap dialog berjalan tanpa ada pihak yang merasa direndahkan atau dipermalukan. Kritik berfungsi sebagai alat konstruktif, bukan senjata pemecah belah.


Kenyataannya sering berbeda. Di ranah publik dan media sosial, berpikir kritis sering disalahartikan sebagai lisensi untuk berkata kasar dan menyerang pribadi seseorang (personal attack). Sebaliknya, rasa hormat ala Timur kadang disalahgunakan untuk menghindari kritik sama sekali atas nama adab, yang justru menghambat perbaikan dan membuat kita takut bersuara jujur.


Jurang pembedanya terletak antara Logika tanpa Adab melawan Adab tanpa Logika. Seseorang yang terlalu kritis tapi nggak punya etika bisa jadi toxic dan merusak hubungan. Sementara, orang yang terlalu menjunjung adab tapi tidak kritis akan menjadi pasif, mudah dimanfaatkan, dan membiarkan kesalahan terjadi. Inilah titik krusial yang harus kita jembatani.


Menurut saya, sinergi adalah satu-satunya jawaban. Kita perlu memiliki "pikiran yang keras dan hati yang lembut". Pikiran kita harus kuat dalam membedah ide, data, atau sistem ala Barat, tapi hati kita harus menjaga cara penyampaian agar tetap bermartabat dan rasa sopan santun ala Timur. Kritik harus fokus pada ide-nya, bukan pada orang-nya. Rasa hormat harus ada, tapi bukan berarti kita harus tunduk pada setiap kesalahan.


Mari kita mulai berlatih mengkritik dengan santun. Gunakan skill berpikir kritis kita untuk kemajuan dan menemukan solusi terbaik, namun bungkus hasilnya dengan manner yang baik. Jadilah generasi yang cerdas otaknya, tapi luhur budi pekertinya. Inilah warisan terbaik untuk masa depan.

Postingan Terkait

Cari Blog Ini