2025/11/18

Bangun Keberanian Gen Z UNIKAMA di Bawah Bayang AI



 Dibawah atap hotspotan yang tiba-tiba berubah menjadi ruang kuliah tanpa dinding, dosenblankon duduk santai dengan blangkon yang menata rapi riuh pikirannya. Alih-alih mengurung gagasan di kelas ber-AC, ia mengajak mahasiswa Gen Z keluar—ke ruang terbuka yang penuh suara, angin, tawa, dan kejutan.


Sore itu, keceriaan merebak seperti percikan kecil yang menjalar cepat. Mahasiswa saling bercanda sambil menyiapkan presentasi, ada yang gugup, ada yang semringah, ada yang sibuk mematut diri lewat kamera ponsel. Namun di balik semua itu, tampak jelas semangat belajar yang lebih hidup: mata berbinar, tubuh condong ke depan, dan energi yang seolah tidak ada habisnya.


Dosenblankon melatih mereka untuk berpresentasi, bukan hanya menyampaikan materi, tapi menyampaikan diri—suara, sikap, gesture, keberanian. Di kelas tanpa dinding ini, setiap angin yang lewat seperti meniupkan keberanian baru, setiap tawa menjadi perekat kebersamaan.


Di tengah gencarnya kehadiran AI yang semakin canggih, ia mengajak mereka mengasah sesuatu yang tidak bisa digantikan oleh mesin: kecerdasan emosional, spontanitas, intuisi, dan kedewasaan melihat dunia dari berbagai sisi. Di ruang terbuka ini, mereka belajar bukan hanya berbicara, tetapi merasakan; bukan hanya memahami, tetapi menghayati.


Dengan metode outdoor yang cair namun dalam, dosenblankon menanamkan kesadaran bahwa di era AI, manusia yang unggul bukan yang paling cepat, tetapi yang paling otentik, kritis, dan penuh empati. Kelas tanpa dinding itu menjadi saksi: belajar bisa penuh tawa, penuh angin, penuh cahaya—selama hati dan pikiran tetap terbuka.



Postingan Terkait

Cari Blog Ini