2025/10/14

UMKM dalam Perspektif EKSOS THEORY

 Sruput kopi pahit dulu, pelan, biarkan pahitnya membuka ruang kesadaran...


(Gaya narasi khas dosenblankon)


Gagasan awalnya sederhana: manusia tidak pernah berdiri sendiri di tengah pusaran sosial. Begitu pula UMKM—ia bukan sekadar unit ekonomi kecil, tetapi organisme sosial yang hidup di antara relasi, tekanan, dan harapan. Dalam perspektif EKSOS THEORY, UMKM dapat dibaca sebagai mikro-ekosistem kesadaran sosial, tempat di mana individu bertumbuh melalui kerja, solidaritas, dan perjuangan di antara gelombang ketidakpastian.


☕️ Sruput lagi, biar pahitnya terasa seperti perjuangan seorang penjual kopi keliling di gang sempit...


Alasan mengapa UMKM perlu dibaca melalui EKSOS THEORY, karena teori ini menolak melihat manusia hanya dari struktur ekonomi atau kebijakan negara. EKSOS memandang bahwa kekuatan sejati UMKM bukan di angka omzet, melainkan di jiwa sosial yang menopangnya. Di setiap tangan pengrajin, ada narasi relasional antara keluarga, komunitas, dan sistem sosial yang membentuk kesadaran eksistensial.



Rumusan pemikiran EKSOS terhadap UMKM berangkat dari kesadaran bahwa setiap tindakan ekonomi adalah tindakan sosial yang mengandung makna simbolik. UMKM bukan sekadar usaha mikro kecil menengah, tapi Entitas Kesadaran Sosial (EKSOS) yang bergerak di antara dua kutub: bertahan hidup dan memaknai hidup. Dalam pusaran itu, para pelaku UMKM belajar membaca arah angin sosial—kadang pasrah, kadang melawan, tapi selalu berdaya.



☕️ Hening sejenak. Rasa getir di lidah berbaur dengan semangat yang mengeras seperti gula batu di dasar cangkir.


Uraian lebih jauh, EKSOS THEORY mengajak kita menafsirkan bahwa UMKM adalah medan eksperimentasi sosial. Ia menjadi ruang di mana manusia belajar mengelola eksistensi: bernegosiasi dengan modal kecil, teknologi sederhana, dan sistem birokrasi yang kadang tak berpihak. Namun di balik semua keterbatasan itu, muncul kesadaran eksos—yakni kesadaran untuk terus hidup bersama, saling menopang, dan mengubah luka menjadi daya. UMKM dengan demikian bukan entitas marginal, melainkan titik api kesadaran sosial yang menjaga peradaban dari pendinginan nilai-nilai kemanusiaan.



Dampak dari perspektif ini adalah munculnya cara pandang baru dalam pembangunan. Ketika UMKM dilihat melalui kacamata EKSOS THEORY, maka kebijakan tidak lagi berorientasi semata pada pertumbuhan ekonomi, tetapi pada pertumbuhan kesadaran kolektif. Masyarakat menjadi subjek, bukan objek; pelaku UMKM menjadi penggerak kesadaran sosial, bukan sekadar penerima bantuan.



☕️ Sruput terakhir—hangatnya mulai menipis, tapi bekasnya tinggal di dada...


Ajakan: Mari membaca UMKM bukan hanya sebagai ekonomi rakyat, tapi sebagai ekologi kesadaran sosial. Di setiap warung kopi, di tiap jahitan tas rajut, di setiap gerobak yang melaju di bawah hujan, tersimpan ruh eksos yang menolak padam. Di sanalah teori ini hidup—bukan di ruang seminar, tapi di antara degup para pelaku kecil yang bermimpi besar. Karena pada akhirnya, EKSOS THEORY bukan hanya teori tentang manusia, tapi tentang bagaimana manusia tetap manusia di tengah sistem yang sering melupakannya.



☕️ Jadi, sruputlah lagi kopi pahit itu, kawan. Pahitnya bukan tanda kalah. Ia hanya mengingatkan: kesadaran sosial selalu lahir dari rasa yang tidak manis.


Postingan Terkait

Cari Blog Ini