2025/10/27

Sruput Kesadaran Pemuda : EKSOS Theory ke Bronfenbrenner

 


Ketika EKSOS Theory bersenyawa dengan Bronfenbrenner, lahir pemuda yang tidak hanya paham arti persatuan, tapi menghidupinya. Ia tahu bahwa Indonesia tidak dibangun dari kata “sama,” tapi dari tindakan “bersama.” Sruput kopi pahit, kita belajar: kepahitan zaman bukan untuk disesali, tapi diseduh jadi energi. 

Sembilan puluh tujuh tahun lalu, para pemuda tak punya mikrofon, tapi punya gema yang sampai ke abad ini. Mereka tak menulis teori, tapi melahirkan kesadaran—Sumpah Pemuda. Kini, sembilan puluh tujuh tahun kemudian, kita berdiri di simpang zaman yang sibuk, penuh bunyi, tapi sering kehilangan arah. Maka, “bergerak” bukan lagi soal langkah kaki, tapi soal menyalakan jiwa. Di sinilah EKSOS Theory menyalakan lentera: bahwa kesadaran sosial tumbuh dari sruput refleksi, bukan teriakan. Dari hal kecil di sekitar—menyapa, menolong, mendengar—lahir harmoni yang merawat Indonesia dari dasar.


Dalam cangkir lain, Bronfenbrenner menyiapkan lapisan kehidupan seperti kopi yang diseduh berjenjang. Ada mikrosistem keluarga tempat nilai ditanam, mesosistem komunitas tempat relasi disulam, hingga makrosistem budaya tempat identitas dirawat. Semua saling mengalir, saling memengaruhi, seperti aroma kopi yang tak bisa dipisahkan dari air panasnya. Di situlah pemuda hidup—bukan di ruang tunggal, tapi dalam jejaring sosial yang menuntut kesadaran lintas batas.


Ketika EKSOS Theory bersenyawa dengan Bronfenbrenner, lahir pemuda yang tidak hanya paham arti persatuan, tapi menghidupinya. Ia tahu bahwa Indonesia tidak dibangun dari kata “sama,” tapi dari tindakan “bersama.” Sruput kopi pahit, kita belajar: kepahitan zaman bukan untuk disesali, tapi diseduh jadi energi. 

Maka, di Hari Sumpah Pemuda 2025 ini, mari bergerak dalam diam yang sadar, dalam aksi yang tulus, dalam kesadaran yang menyala—karena sejatinya, persatuan itu bukan slogan… tapi perjalanan jiwa. 🇮🇩

Postingan Terkait

Cari Blog Ini