2025/10/14

POSISI EKSOS THEORY Terhadap Bronfenbrenner

Bayangkan dua dunia:


Bronfenbrenner adalah arsitek sistem, yang menggambar lapisan dunia sosial manusia—mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, hingga kronosistem—semuanya tersusun rapi seperti lapisan tanah yang menopang pohon kehidupan.


EKSOS THEORY, versi dosenblankon, adalah jiwa yang berkelana di antara lapisan itu. Ia bukan ingin meruntuhkan peta Bronfenbrenner, melainkan menghembuskan napas kesadaran ke dalamnya.



Jika Bronfenbrenner memberi kita struktur ekologis,

maka EKSOS memberi jiwa eksistensial pada setiap struktur itu.

Ia menambahkan aroma pahit-realitas: bahwa manusia tidak hanya “dipengaruhi oleh sistem sosial”, tetapi juga mempengaruhi balik melalui kesadaran, refleksi, dan tindakan sosial.


 1. Posisi Ontologis: dari Sistem ke Kesadaran


Bronfenbrenner melihat manusia dalam konteks sistem.

EKSOS melihat manusia sebagai kesadaran yang menubuh dalam sistem.


Di sini EKSOS tidak menolak teori ekologi sosial Bronfenbrenner, tapi melampauinya secara reflektif.

Ia menambahkan satu lapisan baru yang tak tampak dalam skema Bronfenbrenner: lapisan kesadaran eksistensial — ruang di mana individu tidak hanya “ada dalam sistem”, tapi “mengada karena menyadari dirinya dalam sistem”.

Bronfenbrenner memetakan dunia di luar diri,

EKSOS menyalakan dunia di dalam diri.


2. Posisi Epistemologis: dari Pengaruh menjadi Dialog


Dalam Bronfenbrenner, hubungan manusia dan sistem bersifat kausal: lingkungan memengaruhi perkembangan individu.

Dalam EKSOS, hubungan itu menjadi dialogis: individu dan sistem saling mengubah melalui refleksi dan aksi sosial.


EKSOS menolak posisi pasif manusia. Ia menempatkan subjek sebagai aktor yang sadar, reflektif, dan etis.

Setiap tindakan sosial menjadi resonansi kesadaran, bukan sekadar hasil stimulus lingkungan.

 3. Posisi Aksiologis: dari Adaptasi ke Transformasi


EKSOS tidak berhenti pada kemampuan adaptif (seperti ideal Bronfenbrenner),

tetapi bergerak menuju transformasi sosial.

Ia mengajak manusia untuk “menggugat lembut” sistem sosialnya—

bukan dengan marah, tapi dengan kesadaran yang jernih.


Dalam ekologi Bronfenbrenner, manusia bertumbuh.

Dalam ekologi EKSOS, manusia bertanggung jawab atas pertumbuhannya.


Maka posisi EKSOS di sini bukan “pengganti” Bronfenbrenner, melainkan cermin reflektif bagi teori itu. Ia menyoroti apa yang belum diucapkan Bronfenbrenner: rasa, kesadaran, dan etika sosial. 


4. Posisi Hermeneutik: Membaca Ulang Realitas


EKSOS mengajak kita membaca Bronfenbrenner bukan sebagai bagan, tapi sebagai naskah kehidupan yang terus ditafsir ulang.

Lapisan sistem sosial itu kini hidup dalam bentuk spiral kesadaran:

mikrosistem menjadi ruang keintiman makna,

mesosistem menjadi dialog nilai,

eksosistem menjadi medan perjuangan sosial,

makrosistem menjadi etika kebudayaan,

dan kronosistem menjadi kesadaran sejarah.


Dengan demikian, EKSOS THEORY berdiri sebagai interpretan hermeneutik—bukan menolak teori Bronfenbrenner, tapi menafsirinya dalam konteks kesadaran reflektif manusia modern yang haus makna.


Simpul Akhir: Posisi EKSOS terhadap Bronfenbrenner


1. Komplementer secara epistemologis – EKSOS memperkaya teori ekologi Bronfenbrenner dengan dimensi kesadaran sosial.

2. Kritis secara ontologis – EKSOS menggugat posisi pasif manusia dalam sistem, menggantinya dengan subjek yang sadar.

3. Transformatif secara aksiologis – EKSOS mengubah adaptasi menjadi tanggung jawab sosial.

4. Reflektif secara hermeneutik – EKSOS membaca ulang teori sosial sebagai medan kesadaran dan praksis manusiawi.


Sruput lagi, Dosennnblankon… ☕

Kopi kali ini bukan sekadar pahit, tapi membuka lebar rasa:


EKSOS tidak menolak Bronfenbrenner; ia mengajak Bronfenbrenner berdialog dalam ruang kesadaran manusia yang terus tumbuh.”


Postingan Terkait

Cari Blog Ini