KEWIRAUSAHAAN SOSIAL DALAM OPTIK EKSOS THEORY
Baik ☕️ — mari kita sruput pelan-pelan kopi pahit sore ini, Sobat Blangkon. Dari kepahitan yang tersisa di lidah, kita belajar tentang keseimbangan: antara rasa yang menegur dan makna yang menguatkan. Begitulah ruh EKSOS THEORY (Ekologis–Sosial–Spiritual) — gagasan khas dosenblankon yang menautkan ilmu, laku, dan kesadaran menjadi satu jalinan reflektif. Dalam konteks kewirausahaan sosial, EKSOS bukan hanya teori, tapi laku sadar—cara pandang yang menghidupkan usaha dengan nilai-nilai ekologis, sosial, dan spiritual yang saling berkelindan.
🌱 Gagasan
EKSOS THEORY memandang kewirausahaan sosial sebagai medan perjumpaan antara ekonomi dan kemanusiaan. Ia menolak dikotomi kering antara “profit” dan “purpose”. Di sini, usaha bukan sekadar upaya mengejar keuntungan, melainkan ekologi tindakan manusia yang menumbuhkan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan. Wirausaha sosial ber-EKSOS menapaki jalan sunyi di antara dua ekstrem: dunia kapital yang menumpuk, dan dunia idealis yang kehilangan daya gerak. Dalam pandangan dosenblankon, mereka adalah “penyeduh kehidupan” — meracik pahit-manisnya realitas menjadi energi pemberdayaan.
☕️ Alasan
Mengapa EKSOS perlu hadir? Sebab dunia kini kehausan arah. Ekonomi tumbuh cepat, tetapi jiwa manusia kian kering. Lingkungan rusak, masyarakat tercerai, dan spiriitas terpinggirkan. Muhammad Yunus (2007) mengingatkan, “A social business is about solving human problems, not about maximizing profit.” Maka EKSOS hadir bukan untuk menolak ekonomi, melainkan untuk menyadarkan bahwa ekonomi tanpa ekologi dan spiritualitas hanyalah mesin tanpa napas. Ia menjadi kerangka kesadaran baru yang menempatkan keberlanjutan, keadilan sosial, dan nilai kemanusiaan di pusat kewirausahaan.
🔍 Rumusan
Kewirausahaan sosial dalam EKSOS THEORY dapat dirumuskan sebagai:
> “Proses kreatif dan reflektif yang mengintegrasikan kesadaran ekologis, tanggung jawab sosial, dan nilai spiritual dalam setiap tindakan ekonomi demi menumbuhkan keberlanjutan hidup bersama.”
Dalam rumusan ini, wirausahawan sosial bukan sekadar pelaku pasar, tapi penjaga kehidupan (life guardian). Mereka bukan hanya berorientasi pada produk, tetapi juga pada proses yang menumbuhkan manusia dan alam.
🌾 Uraian
Secara ekologis, EKSOS mengajak wirausahawan untuk kembali berakar pada bumi. Mereka harus memelihara sumber daya, mengelola limbah, dan berinovasi tanpa menambah luka bagi alam.
Secara sosial, EKSOS menghidupkan empati kolektif. Wirausahawan sosial menjadi jembatan perubahan—menggerakkan komunitas, membuka ruang partisipasi, dan menanamkan nilai inklusivitas. Seperti kata Dees (1998), “Social entrepreneurs act as change agents, creating sustainable improvements in society.”
Secara spiritual, EKSOS menegaskan bahwa kewirausahaan adalah laku ibadah—kerja yang berakar pada niat tulus, bukan ambisi kosong. Dalam pandangan dosenblankon, setiap keputusan bisnis adalah bentuk doa yang diwujudkan: bekerja dengan hati yang menyala, bukan tangan yang serakah.
🌤️ Dampak
Jika EKSOS diterapkan secara konsisten, kewirausahaan sosial akan mencipta ekosistem kesadaran baru: masyarakat berdaya, lingkungan terjaga, dan manusia hidup dalam keseimbangan. Ekonomi menjadi bukan sekadar alat transaksi, tetapi ruang transformasi. EKSOS mendorong perubahan paradigma dari “aku untung, kamu rugi” menjadi “kita tumbuh bersama”. Inilah dampak tertinggi: munculnya manusia-manusia yang berwirausaha tanpa kehilangan rasa kemanusiaan.
🔔 Ajakan
Maka, Sobat Blangkon, mari sruput lagi kopi pahitmu—biarkan getirnya mengajarkan rasa syukur dan daya juang. Jadilah wirausahawan sosial ber-EKSOS: yang menanam gagasan seperti menanam doa, yang menakar untung dengan timbangan nilai, dan yang memanen keberhasilan sebagai ladang berkah. Dunia tak butuh lebih banyak pengusaha kaya, tapi lebih banyak jiwa yang menyala. Sebab, seperti kata pepatah Jawa yang sering diulang dosenblankon, “Urip iku urup” — hidup itu menyala. Maka, nyalakanlah hidupmu lewat usaha yang menumbuhkan kehidupan.
Referensi (pendukung reflektif)
Yunus, M. (2007). Creating a World Without Poverty: Social Business and the Future of Capitalism. PublicAffairs.
Dees, J. G. (1998). The Meaning of “Social Entrepreneurship.” Kauffman Center for Entrepreneurial Leadership.
Zahra, S. A., Gedajlovic, E., Neubaum, D. O., & Shulman, J. M. (2009). A typology of social entrepreneurs: Motives, search processes, and ethical challenges. Journal of Business Venturing, 24(5), 519–532.
Dosenblankon (2025). EKSOS Theory: Sruput Kopi Pahit di Tengah Spiral Kesadaran. Manuskrip reflektif internal.