Kegiatan Belajar di lingkungan
Oleh : Dwi Rahayu Ningsih, Mahasiswa RPL Afirmasi 2025 UNIKAMA, Guru TK Islam Riyadlul Jannah Malang
Guru dan pihak sekolah perlu terus mengembangkan model pembelajaran yang mengintegrasikan permainan, eksplorasi lingkungan, dan keterlibatan sosial sesuai dengan prinsip ekososial. Serta dapat mengenalkan kepada anak tentang manfaat sampah daun-daun yang bisa digunakan untuk alat/ sarana belajar juga.
Saya seorang guru taman kanak-kanak yang keberadaan sekolah kami ada di lingkungan perkampungan yang ingin mengajak anak-anak mengenal lingkungan sekitarnya dengan alasan karena anak-anak untuk saat ini kurang sekali dalam hal besosialisasi di karenakan anak cenderung lebih nyaman sendirian dirumah dengan bermain gatget, hal ini saya lakukan bertepatan dengan tema pembelajaran “Lingkungan Sekitar Sekolah”.
Kegiatan ini menekankan pada sisi sosial, kesadaran akan kebersamaan diri Bersama dengan orang lain, tetapi tidak menghilangkan sisi ekologi dan spiritualnya juga.
Disini saya mengajak anak-anak untuk berkeliling di lingkungan sekitar sekolah untuk mengamati apa saja yang ada di sekitar sekolah kita, disitu saya mengenalkan tetangga sekitar sekolah ada rumah, warung/ toko, musholah/ masjid beserta nama pemilik dan fungsi dari tempat tersebut, tidak lupa sebelum semua kegiatan dilakukan ibu guru memberikan kepada anak-anak aturan belajar sambil bermain seperti harus tertib, berbagi, bekerja sama dan merapikan/ beres-beres bersama disini saya memberikan pembiasaan kepada anak untuk melatih disiplin, bersosialisasi dan tanggung jawab bersama agar anak mempunyai rasa memiliki.
Bersiaplah kami semua untuk berkeliling menjelajah lingkungan sekitar sekolah, anak-anak berbaris agar terlihat rapi, kebiasan kami kalua mau keluar atau masuk sekolah selalu membaca do’a keluar atau masuk rumah sebagai pendidikan agar anak-anak selalu menerapakan ajaran agamanya serta dunia Pendidikan yang berkewarganegaraan.
Setelah berkeliling sampailah disalah satu rumah tetangga yang memiliki halaman yang luas dan banyak pepohonan, di situ anak-anak saya ajak untuk berhenti sejenak untuk mengenal alam sebagai salah satu mahluk ciptaan TUHAN salah satunya adalah tanaman yang harus kita rawat dan jaga dengan baik.
Selanjutnya anak di ajak untuk memungut sampah daun-daun yang berguguran, disini ibu guru sudah menyediakan kantong plastik untuk membawah sampah daun tersebut, sebelum anak-anak mengambil sampah ibu guru menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan agar sampah tidak masuk ke selokan yang mengakibatkan banjir.
Setelah kegiatan memungut sampah selesai ibu guru mengajak anak untuk Kembali ke sekolah, sesampai di sekolah anak di anjurkan untuk mencuci tangan sebagai wujud menjaga kebersihan setelah bermain. Lalu anak diajak duduk-duduk beristirahan sambil diajak tanya jawab tentang apa saja yang mereka lakukan tadi, apa anak-anak senang dengan belajarnya tadi dan lain sebagainya.
Jadi kegiatan ini kalau kita lihat dari Perspektif EKSOS Theory, kegiatan-kegiatan tersebut memperlihatkan bagaimana anak belajar melalui interaksi dengan berbagai lapisan lingkungan sosial dan fisik. Lingkungan sekolah menjadi (mikrosistem) tempat terdekat anak mengalami langsung proses belajar, sementara hubungan dengan masyarakat sekitar mencerminkan (mesosystem) hubungan anak dan guru untuk memperluas pengalaman sosial anak.
Selain itu, kebijakan sekolah atau dukungan orang tua termasuk dalam (eksosistem), kebijakan sekolah setidaknya berpengaruh secara tidak langsung terhadap keberhasilan kegiatan belajar sambil bermain ini.
Kesimpulannya adalah kegiatan belajar sambil bermain mengenal lingkungan sekitar sekolah memberikan pengalaman belajar yang kontekstual, menyenangkan, dan bermakna bagi anak. Dengan menerapkan Perspektif EKSOS Theory, seorang pendidik dapat memahami bahwa proses belajar anak tidak hanya dipengaruhi oleh kegiatan di kelas, tetapi juga oleh hubungan sosial, spitual dan konteks ekologis yang lebih luas dan bermakna.
Melalui pendekatan ini, anak tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang lingkungan, tetapi juga mengembangkan niali agama, keterampilan sosial, empati, dan kesadaran terhadap pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Oleh karena itu, guru dan pihak sekolah perlu terus mengembangkan model pembelajaran yang mengintegrasikan permainan, eksplorasi lingkungan, dan keterlibatan sosial sesuai dengan prinsip ekososial. Serta dapat mengenalkan kepada anak tentang manfaat sampah daun-daun yang bisa digunakan untuk alat/ sarana belajar juga.