2025/10/22

EKSOS THEORY dan Urban Farming di Sekolah



Oleh : Ulum Khusnatin, Mahasiswa RPL Afirmasi 2025 Unikama, Guru TK Alam Arjuna - Kota Malang


Anak-anak mungkin belum sepenuhnya memahami makna moral dan sosial dari kegiatan tersebut, tetapi mereka mendapatkan pengaruh positif dari lingkungan yang menanamkan nilai-nilai religius dan sosial. Guru, orang tua, serta masyarakat sekitar menjadi bagian dari sistem yang saling terhubung dalam menumbuhkan sikap peduli, gotong royong, dan cinta terhadap sesama.


Kegiatan urban farming atau pertanian perkotaan merupakan salah satu bentuk pembelajaran kontekstual yang dapat diterapkan di lingkungan sekolah, termasuk di jenjang Taman Kanak-kanak (TK). Penerapan kegiatan urban farming di sekolah TK sebagai sarana menanamkan nilai-nilai peduli lingkungan, tanggung jawab, dan kerja sama sejak usia dini. Melalui kegiatan sederhana seperti menanam sayuran di pot atau polybag, anak-anak belajar mencintai alam sekaligus memahami proses pertumbuhan tanaman secara menyenangkan.Kita mulai dengan menyiapkan tanah yang gembur dan menyebarkan bibit-bibit kecil. Setiap bibit adalah janji, sebuah harapan akan kehidupan baru.

Anak-anak, ayo kita tanam benihnya, berikan pupuknya, dan jangan lupa disiram. 

“Miss, ini biji apa bentuknya bulat kecil-kecil, warnanya coklat?,” tanya Widhi

“ Oh, itu namanya biji sayur kangkung sayang, nanti kita tabur di polibag yang kita siapkan ya. “ kata miss Ulum

Setelah beberapa minggu, lihatlah! Muncul tunas-tunas hijau yang lucu. Tunas ini akan terus tumbuh menjadi tanaman yang subur jika kita merawatnya dengan baik. 

Setiap pagi, anak-anak menyiraminya dengan penuh kasih sayang, layaknya merawat diri sendiri.

“ Miss kenapa sayurnya harus disiram setiap hari?” tanya Elzio

“ iya sayang, tanaman harus disiram setiap hari agar subur dan tumbuh besar, seperti kita, kita juga butuh makan dan minum setiap hari supaya bisa tumbuh besar?” kata miss Ulum

“ aku pagi ini menyiram tanaman bersama teman-teman ya miss”, kata Elzio.

“ ya, sayang, semangat ya, jangan berebut kalau menyiram tanaman, gantian sama teman-teman ya.” Kata miss Ulum. 


Beberapa hari berlalu, tunas-tunas kecil mulai muncul, seolah melambaikan tangan menyambut sinar mentari. Aku menyaksikan setiap daunnya tumbuh, setiap batangnya menguat, dan setiap harinya membawa kejutan baru. Ada rasa puas yang tak terkira melihat hasil jerih payahku berwujud nyata. 

Sampai tiba hari panen, kita akan memanen sayuran rasanya manis dan segar, karena ini adalah hasil kerja keras kita di mana kita bisa menikmati tumis kangkung yang lezat, Rasanya jauh lebih nikmat daripada sayuran yang dibeli di pasar, karena di dalamnya tersimpan cerita, keringat, dan cinta.

Berkebun secara organik memberi banyak manfaat. Kita bisa menikmati sayuran yang bebas dari bahan kimia berbahaya, dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat di sekitar. Setiap sayuran yang tumbuh adalah bukti bahwa dengan sedikit usaha, kita bisa memberikan kontribusi besar untuk kesehatan diri dan bumi.

Kegiatan urban farming memberikan banyak manfaat bagi anak-anak TK, antara lain:

Menumbuhkan rasa tanggung jawab: anak belajar bahwa tanaman akan tumbuh jika dirawat dengan baik.

Melatih kesabaran dan observasi: anak menunggu tanaman tumbuh hari demi hari.

Mengenalkan pentingnya lingkungan hijau: anak menjadi lebih peduli terhadap alam.



Mendorong pembelajaran lintas bidang: kegiatan ini mencakup aspek sains, bahasa (bercerita tentang tanaman), matematika (menghitung jumlah daun), dan sosial (bekerja sama).

Urban farming di TK bukan hanya kegiatan menanam, tetapi juga sarana pendidikan karakter dan sains yang menyenangkan. Melalui kegiatan ini, anak belajar tentang alam secara langsung, menumbuhkan rasa cinta lingkungan, serta memahami pentingnya menjaga bumi sejak dini. Sekolah diharapkan terus mendukung kegiatan semacam ini agar anak-anak tumbuh menjadi generasi yang peduli dan cinta lingkungan.

Nilai kewarganegaraan dalam konteks ini antara lain menghargai hak makhluk hidup lain, mengembangkan rasa cinta terhadap tempat tinggal. mencintai alam sekaligus memahami proses pertumbuhan tanaman secara menyenangkan.

Jika dikaitkan dengan EKSOS Theory atau teori eksosistem dalam konteks kewarganegaraan, kegiatan ini mencerminkan bagaimana lingkungan sosial di luar diri anak seperti sekolah, masyarakat, dan lembaga keagamaan berperan penting dalam membentuk karakter dan nilai kewarganegaraan mereka. Anak-anak mungkin belum sepenuhnya memahami makna moral dan sosial dari kegiatan tersebut, tetapi mereka mendapatkan pengaruh positif dari lingkungan yang menanamkan nilai-nilai religius dan sosial. Guru, orang tua, serta masyarakat sekitar menjadi bagian dari sistem yang saling terhubung dalam menumbuhkan sikap peduli, gotong royong, dan cinta terhadap sesama.

Postingan Terkait

Cari Blog Ini