EKSOS THEORY dan Telor Asin
Oleh : SULISTIJANIK, Mahasiswa RPL Afirmasi 2025 UNIKAMA, Guru TK BUNGA PERTIWI MALANG.
Kegiatan membuat telur asin bukan sekadar praktik sains atau memasak, tetapi juga media pendidikan karakter dan kewarganegaraan. Dengan mengaitkannya pada EKSOS THEORY dan teori ekosistem Bronfenbrenner, kita bisa melihat bagaimana kegiatan sederhana ini membantu membentuk anak
Kita sebagai warga Negara Indonesia yang baik oleh karena itu kita wajib menjaga dan terlibat secara sosial dalam kelestarian lingkungan. Saya sebagai guru ingin mengenalkan pada anak-anak bahwa alam Indonesia sangat kaya baik darat, udara dan laut. Contoh laut menghasilkan garam.
Suatu hari anak-anak belajar membuat telor asin bersama bu guru. Kegiatan ini sangat menyenangkan karena selain belajar memasak, kami juga belajar menjaga lingkungan.
Pertama-tama kami menyiapkan bahan-bahannya: Telor bebek (membeli dari wali murid), garam kasar, bata merah, plastik bekas (dari tanah liat yang dibakar), abu gosok (dibuat dari sisa pembakaran kayu di dapur), batu, air, baskom, plastik bekas karung beras, semua bahan berasal dari alam dan tidak mencemari lingkungan.
Langkah pertama: Telor bebek dicuci bersih (bu guru yang melakukan) agar tidak ada kotoran yang menempel. Setelah itu telur dikeringkan dengan kain bersih. Nilai ekologis: mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan dan menggunakan air secukupnya (tidak boros). Kemudian ibu guru mencampurkan bata merah, garam dan abu gosok hingga menjadi adonan, dalam proses pencampuran ini anak-anak bisa membantu mencampurnya dengan tangan (dengan pengawasan dari ibu guru). Nilai ekologis: mengenalkan bahwa bahan dari tanah bisa dimanfaatkan tanpa bahan kimia, ramah lingkungan.
Langkah kedua: Telur dibalut dengan adonan, lalu disimpan dalam wadah tertutup selama 10-14 hari. Nilai ekologis: Proses pengawetan alami tanpa mesin dan tanpa bahan pengawet buatan.
Langkah ketiga: Setelah beberapa hari, telur dibersihkan dari adonan, lalu direbus hingga matang. Nilai ekologis: Anak belajar bahwa energy panas bisa digunakan secara bijak, dan limbah abu bisa dikembalikan ke tanah.
Langkah keempat: Akhirnya anak-anak bisa mencicipi telur asin buatan sendiri. Rasanya enak dan asin. Anak-anak pun senang karena bisa belajar sambil mengenal proses pengawetan makanan secara alami.
1. Kegiatan Membuat Telur Asin
Membuat telur asin adalah kegiatan sederhana yang melibatkan proses perendaman telur (biasanya telur bebek) dalam larutan garam atau campuran tanah liat dan abu selama beberapa hari hingga asin meresap. Kegiatan ini sering dilakukan di sekolah PAUD atau SD sebagai kegiatan pembelajaran berbasis lingkungan dan budaya lokal.
2. Nilai Kewarganegaraan yang Tercermin
Melalui kegiatan membuat telur asin, anak-anak dapat belajar berbagai nilai kewarganegaraan, antara lain:
Gotong royong : Anak bekerja sama menyiapkan bahan dan melakukan proses pembuatan telur asin bersama-sama.
Tanggung jawab : Anak belajar bertanggung jawab menjaga telur yang sedang diasinkan agar tidak rusak.
Kedisiplinan : Proses membutuhkan waktu dan ketelitian — anak belajar disiplin dalam mengikuti langkah-langkahnya.
Cinta produk lokal dan budaya : Membuat telur asin mengenalkan anak pada kearifan lokal Indonesia, khususnya dalam pengolahan pangan tradisional.
Kepedulian lingkungan : Anak memahami pentingnya menggunakan bahan alami (seperti tanah liat dan abu) tanpa mencemari lingkungan.
3. Kaitan dengan EKSOS THEORY dan Teori Ekosistem Bronfenbrenner
Menurut Urie Bronfenbrenner, perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai sistem lingkungan yang saling berinteraksi. Kegiatan membuat telur asin bisa dikaitkan dengan teori ini:
Mikrosistem : Anak belajar langsung di lingkungan terdekat, misalnya di sekolah bersama guru dan teman.
Mesosistem : Terjadi interaksi antara sekolah dan keluarga — orang tua bisa ikut membantu anak mempraktikkan di rumah.
Eksosistem : Kegiatan didukung oleh kebijakan sekolah atau komunitas lokal yang mengajarkan budaya daerah.
Makrosistem : Nilai budaya dan tradisi Indonesia (seperti gotong royong dan pemanfaatan bahan alami) memengaruhi kegiatan ini.
Kronosistem : Anak belajar bahwa proses membuat telur asin membutuhkan waktu (hari ke hari) sehingga memahami konsep waktu dan kesabaran.
Kesimpulan
Kegiatan membuat telur asin bukan sekadar praktik sains atau memasak, tetapi juga media pendidikan karakter dan kewarganegaraan. Dengan mengaitkannya pada EKSOS THEORY dan teori ekosistem Bronfenbrenner, kita bisa melihat bagaimana kegiatan sederhana ini membantu membentuk anak menjadi warga negara yang peduli lingkungan, menghargai budaya, dan mampu bekerja sama dalam masyarakat.


