EKSOS THEORY dan Menghargai orang tua
oleh: Noer Idah, Mahasiswa RPL Afirmasi tahun 2025, Guru TK Tunas Kusuma, Kota Malang
Inilah wujud nyata pembelajaran PKn dalam kehidupan sehari-hari: membentuk generasi yang berkarakter, beretika, dan siap berperan aktif dalam masyarakat dengan semangat persatuan dan kepedulian terhadap sesama.
Pada pagi yang cerah, para ibu mengantar putra-putrinya ke sekolah dengan penuh semangat. Seusai mengantar, mereka meminta izin untuk memetik buah mangga di halaman sekolah. Suasana pun menjadi ramai dan hangat ketika kami bergurau bersama para ibu sambil berencana membuat rujak manis. Dari kebersamaan sederhana itu muncul gagasan untuk mengadakan kegiatan “kelas orang tua” agar hubungan antara orang tua dan sekolah semakin erat.
Pada hari yang telah disepakati, kegiatan kelas orang tua kami laksanakan di luar ruang kelas, di lingkungan hijau yang rindang dekat sekolah pertanian. Udara segar dan pemandangan alam yang luas membuat anak-anak terlihat gembira. Mereka belajar sambil merasakan kedekatan dengan lingkungan sekitar, menumbuhkan rasa syukur dan kepedulian terhadap ciptaan Tuhan.
Dalam kegiatan itu, salah satu ibu tampak sangat bersemangat memerankan diri sebagai guru bagi anak-anak. Ia menyiapkan bahan pembelajaran sendiri, memperkenalkan berbagai macam buah beserta rasa dan manfaatnya. Dengan penuh kasih, ia juga mengingatkan anak-anak untuk selalu bersyukur atas anugerah alam yang telah diberikan. Melalui caranya yang lembut, anak-anak belajar tentang ilmu, rasa syukur, dan pentingnya menjaga apa yang mereka miliki.
Kegiatan ini menunjukkan betapa pentingnya peran orang tua dalam pendidikan. Guru di sekolah memiliki waktu terbatas, sedangkan orang tua di rumah mendampingi anak-anak setiap hari. Melalui kelas seperti ini, anak-anak belajar menghormati dan menghargai orang tua mereka sebagai pendidik sejati yang selalu membimbing dengan cinta dan keteladanan.
Selain itu, kerja sama antara guru dan orang tua dalam kegiatan ini mencerminkan semangat kebersamaan, gotong royong, dan tanggung jawab bersama dalam membentuk karakter anak. Setiap orang berperan aktif, saling membantu, dan berbagi peran demi kebaikan bersama. Anak-anak pun belajar meneladani sikap sopan santun, kepedulian, dan rasa hormat kepada sesama.
Dari kegiatan inilah lahir pembelajaran tentang makna menjadi warga yang baik—anak-anak belajar untuk menghargai perbedaan, bekerja sama dalam kebersamaan, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan serta sesama. Mereka memahami bahwa setiap tindakan kecil, seperti saling membantu dan menjaga alam, adalah bagian dari sikap cinta tanah air dan wujud nyata perilaku berkarakter mulia. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya menumbuhkan pengetahuan, tetapi juga menanamkan jiwa cinta, peduli, dan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat yang baik.
Melihat dari sudut pandang EKSOS THEORY dan teori ekosistem dari Bronfenbrenner, kegiatan “kelas orang tua” ini mencerminkan bagaimana lingkungan luar sekolah—yakni keluarga dan masyarakat—memengaruhi perkembangan anak. Walau orang tua bukan bagian langsung dari kegiatan belajar di kelas setiap hari, keterlibatan mereka memberikan dampak besar terhadap pengalaman belajar anak. Saat orang tua berpartisipasi aktif, anak merasakan dukungan sosial dan emosional yang memperkuat motivasi serta rasa percaya diri mereka di sekolah. Hubungan harmonis antara rumah, sekolah, dan masyarakat menjadi ekosistem positif yang saling mendukung tumbuh kembang anak secara utuh.
Dari sisi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), kegiatan ini menumbuhkan nilai-nilai luhur seperti tanggung jawab, gotong royong, kepedulian sosial, dan cinta tanah air. Melalui interaksi yang hangat antara guru, orang tua, dan siswa, anak-anak belajar tentang arti menjadi warga yang baik—yang menghargai perbedaan, menjunjung kebersamaan, serta ikut menjaga lingkungan sekitar. Inilah wujud nyata pembelajaran PKn dalam kehidupan sehari-hari: membentuk generasi yang berkarakter, beretika, dan siap berperan aktif dalam masyarakat dengan semangat persatuan dan kepedulian terhadap sesama.


