EKSOS THEORY dan Membentuk Karakter Mulia Sejak Dini
Oleh : Moedhalia, Mahasiswa RPL Afirmasi 2025 UNIKAMA, Guru TK Bidayatul Hidayah, Canggu, Jetis, Mojokerto
Dari uang infaq yang terkumpul itu kami bisa memberikan sedikit paket sembako sederhana yang mana paket tersebut bisa berguna bagi orang yang membutuhkan disekitar lingkungan sekolah serta menjengguk dan membantu teman yang sedang mengalami kesusahan.
Belajar dari binatang Semut yang selalu bekerja sama dan bergotong royong dan peribahasa Sedikit Demi Sedikit Lama-lama Menjadi Bukit lahirlah Kesadaran untuk menumbuhkan kesadaran etika struktural: tanggung jawab bukan hanya terhadap diri, tetapi terhadap sistem yang memungkinkan kita hidup.
Bel sekolah telah berbunyi, tanda masuk sekolah telah dimulai. Anak-anak berlarian untuk membentuk barisan sesuai dengan kelas masing-masing. Hari itu adalah hari Kamis, kami semua warga sekolah menyebutnya dengan Kamis Berkah. Sambil merapikan barisan masing-masing kelas,terdengar celotehan anak-anak “ Hai, Dannis kamu bawa uang infaq nggak? sekarang hari Kamis lho, setelah sholat Dhuha kita ada Infaq lho,kata si Arsy. Tentu dong aku bawa, kan sekarang Kamis Mubarok, kata Dannis. Tak lupa pula celotehan anak-anak yang lain baik dari kelompok A maupun kelompok B .” Bu sekarang kan hari Kamis, hari ini kita sholat dhuha dan infaq ya?” kata mereka dengan nada kekanak-kanakannya.
Dalam konteks Kewarganegaraan menghargai dan menumbuhkan rasa empati adalah perwujudan dari sila ke satu dan ke dua dari Pancasila yaitu Beketuhanan dan Berkemanusiaan. Dalam hal ini anak bisa terlibat langsung dalam kegiatan tersebut untuk pengimplementasian sila kedua pancasila yaitu menumbuhkan rasa empati sosial, hormat kepada sesama ,bagaimana rasa gotong royong itu bisa meringankan sedikit beban bagi semesta yang membutuhkan.
Dengan melakukan kegiatan sholat dhuha dan pengumpulan uang infaq seikhlasnya seminggu sekali dan pembagian paket sembako sederhana tiap tiga bulan sekali yang melibatkan anak-anak secara langsung,maka akan terpatri dihati dan pikiran mereka mulai sejak dini bahwa hidup saling kasih dan sayang akan menumbuhkan dan menciptakan kerukunan yang hakiki.
Kami para guru mengajak para siswa untuk belajar melakukan sholat dan bersedekah. Serta kami menjelaskan dengan bahasa yang logis dan mudah di mengerti oleh anak-anak apa makna dari sholat dhuha dan bersedekah.
Bahwasanya sholat dhuha adalah pemantik rezeki, kita sebagai makhluk terhadap TuhanNYA, agar rezeki yang diperoleh orang tua mereka berkah dan barokah. Dari uang infaq yang terkumpul itu kami bisa memberikan sedikit paket sembako sederhana yang mana paket tersebut bisa berguna bagi orang yang membutuhkan disekitar lingkungan sekolah serta menjengguk dan membantu teman yang sedang mengalami kesusahan.
Sejalan dengan pandangan dari Urie Bronfenbrenner (1979) tentang ecological system theory,manusia hidup dalam komunitas, hingga kebijakan public yang sering berpengaruh namun tak terlihat, ( Epilogi Kehidupan Semut ).