2025/10/27

EKSOS THEORY Dan JAMU TRADISIONAL

 


Oleh : Cholifah, Mahasiswa RPL Afirmasi 2025 UNIKAMA, Guru TK Al Fathimiyah Junrejo Kota Batu


Melalui kegiatan membuat jamu tradisional ini, anak-anak tidak hanya belajar tentang tanaman rimpang, tetapi juga menanamkan dalam dirinya nilai-nilai sebagai warga Indonesia yang bangga dan bertanggung jawab, suka bekerjasama dan cinta pada budaya bangsanya


 Cinta tanah air bukan hanya tentang bendera merah putih atau lagu kebangsaan, tetapi juga tentang pengenalan dan penghargaan terhadap budaya, alam, dan kearifan lokal bangsa. Pembuatan jamu tradisional menjadi jembatan yang kuat untuk membentuk individu yang menghargai, bangga dan mencintai tanah airnya melalui warisan budaya yang tak lekang oleh waktu.

 Hari ini anak-anak kelompok B Tk Al Fathimiyah tampak bersemangat untuk membuat jamu tradisional. Saya adalah guru klompok B, sebelum proses pembuatan jamu tradisional anak-anak saya ajak untuk mengenali beberapa jenis tanaman rimpang yang bisa dibuat untuk membuat jamu tradisonal seperti jahe, temulawak, kunyit, dan kencur. Anak-anak diajak untuk mengenali bentuk dan baunya. Saya juga menjelaskan tentang manfaat dari tanaman rimpang seperti jahe manfaatnya menghangatkan tubuh saat cuaca dingin, meredakan mual, kunyit manfaatnya bisa membuat badan kita kuat dan tidak mudah sakit, temulawak manfaatnya menambah nafsu makan dan kencur manfaatnya untuk meningkatkan stamina.

 Saya menjelaskan dan mempersiapkan bahan dan peralatan membuat jamu tradisional, anak-anak saya ajak untuk mencuci jahe, kunyit, temulawak dan kencur, setelah dicuci anak-anak menumbuk secara bergantian. lalu menyiapkan baskom berisi air diatas kompor kecil, anak-anak memasukkan bahan-bahan membuat jamu sambil diaduk-aduk secara bergantian sampai airnya mendidih aroma harum jamu memenuhi ruangan kelas, mereka sangat bangga bisa membuat jamu sendiri.

 Setelah jamu dingin anak-anak menyaring jamu yang dibuat,lalu membagikan kepada semua anak, mereka meminum jamu secara bersama-sama. Setelah meminum jamunya, salah satu anak yang bernama maulana berkata ” bu bolehkah jamunya dibawa pulang untuk diberikan kepada ibu saya, katanya jamunya enak sekali. Dan anak-anak yang lainnya juga ingin membawa pulang, karena banyak yang ingin membawa pulang jamu maka sisa dari jamu yang diminum tadi saya menyuruh anak-anak mengisi jamu dibotol untuk dibawa pulang. Saya juga menjelaskan bahwa jamu ini tidak boleh meminumnya secara berlebihan.

Saat penutup saya mengajak anak-anak merenungkan bagaimana menjaga tanah, air, dan udara berarti menjaga budaya kita sendiri. Untuk membuang sampah pada tempatnya tidak sembarangan, dan menanam tanaman obat dihalaman rumah murid-murid jika ada sedikit lahan atau menanam di pot atau polybag agar mereka bisa berbagi pengetahuan mengenai tanaman lokal dengan keluarga.


Manfaat pembelajaran membuat jamu tradisional adalah, anak dapat membantu ibu membuat jamu tradisional dirumah menggunakan bahan alami seperti rimpang, proses pembuatan jamu mengenalkan anak pada keanekaragaman hayati, memberikan pengalaman praktis yang memperkuat pengalaman mereka tentang alam, anak mengerti manfaat jamu tradisional bagi kesehatan seperti meningkatkan kesehatan dan meredakan gejala penyakit ringan, dan menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya gaya hidup sehat dan alami.

   Keterkaitan membuat jamu tradisonal di Tk Al Fathimiyah dengan EKSOS THEORY dan theori ekosistem Bronfenbrenner; adanya kurikulum topik tanaman rimpang dengan sub topik jamu tradisional dan dukungan dari sekolah terjadilah eksosistem. Penerapan Mikrosistem terjadi dengan adanya interaksi antara guru dan murid, guru tidak hanya memberi intruksi, tetapi membimbing, mendampingi dan memastikan keamanan anak saat memegang bahan alat serta adanya interaksi dengan teman sebaya seperti anak bekerjasama, berbagi alat dan berkomunikasi. Makrosistem terjadi ketika anak-anak mengerti manfaat kesehatan tanaman rimpang, dan juga mengerti proses pembuatan jamu, mengenalkan anak pada kearifan lokal yang berhubungan dengan alam dan keanekaragaman hayati.

 Melalui kegiatan membuat jamu tradisional ini, anak-anak tidak hanya belajar tentang tanaman rimpang, tetapi juga menanamkan dalam dirinya nilai-nilai sebagai warga Indonesia yang bangga dan bertanggung jawab, suka bekerjasama dan cinta pada budaya bangsanya. Nilai-nilai inilah yang kelak akan membentuk mereka menjadi generasi penerus yang tidak kehilangan jati diri, mampu bersaing dan bekontribusi positif pada negara. 



 

 

 

 

 

 

 

 

 

Postingan Terkait

Cari Blog Ini