EKSOS THEORY dan ANAK CINTA BUMI
Oleh : AMIN KUNAYATI, Mahasiswa RPL Afirmasi 2025 UNIKAMA, TK BAITUL MANSHURIN Mojokerto
Faktor-faktor sosial di luar pengalaman langsung anak, memperkuat pemahaman bahwa pendidikan kewarganegaraan haruslah konkret dan berbasis aksi, serta menanamkan benih-benih kewarganegaraan ekologis.
Kegiatan "Anak Cinta Bumi" yang diadakan rutin di TK Baitul Manshurin setiap satu bulan sekali pada minggu keempat merupakan sarana nyata pendidikan kewarganegaraan berbasis ekosistem. Kegiatan ini diawali dengan senam dan ice breaking dan melibatkan anak-anak untuk menanam bibit pohon dan bunga, membersihkan halaman sekolah dan sekitarnya, serta menyirami tanaman. Melalui kegiatan ini, ditanamkan kebiasaan mencintai alam dan menumbuhkan rasa memiliki lingkungan sebagai bagian dari identitas warga negara yang baik.
Kegiatan ini secara spesifik menumbuhkan nilai-nilai pendidikan kewarganegaraan (PKn), seperti rasa kepemilikan, tanggung jawab ekologis, dan empati sosial. Anak-anak belajar nilai tanggung jawab, gotong royong, dan kepedulian sosial melalui kerja sama antara sekolah dan masyarakat. Guru berperan sebagai fasilitator yang menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan dan memberikan contoh langsung, menciptakan konteks pembelajaran yang bermakna. Karakter warga negara yang baik, peduli terhadap lingkungan, dan memiliki karakter sosial yang baik, didukung oleh lingkungan sosial seperti ini.
Kegiatan "Anak Cinta Bumi" ini dapat dianalisis menggunakan Teori Ekologi Perkembangan, yang memandang bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh konteks lingkungan yang kompleks. Aspek Mikrosistem terlihat dari pengalaman langsung anak menanam dan membersihkan di lingkungan terdekat seperti sekolah, dengan peran guru sebagai fasilitator. Mesosistem terlihat jika kebiasaan baik ini dilanjutkan di rumah, menunjukkan interaksi positif antara lingkungan sekolah dan keluarga.
Sementara itu, Eksosistem merujuk pada pengaruh tidak langsung dari pengaturan lingkungan yang lebih besar, seperti kerja sama sekolah dengan masyarakat, kebijakan, atau dukungan dari pihak luar (misalnya, donatur bibit atau kebijakan pemerintah daerah), yang memengaruhi ketersediaan sumber daya dan mendukung pembentukan karakter cinta lingkungan.
Dengan demikian, kegiatan di TK Baitul Manshurin ini tidak hanya fokus pada aktivitas di sekolah, tetapi juga melibatkan faktor-faktor sosial di luar pengalaman langsung anak, memperkuat pemahaman bahwa pendidikan kewarganegaraan haruslah konkret dan berbasis aksi, serta menanamkan benih-benih kewarganegaraan ekologis.