DNA DOSEN BLANKON: Edisi Mutasi Reflektif
Kalau dulu DNA Dosen Blankon dirumuskan sebagai spiritualitas berpikir reflektif yang berakar pada budaya Jawa dan praksis kesadaran, maka ide liar barunya bisa kita sebut sebagai:
“Mutasi Reflektif” — dari spiritualitas berpikir menjadi ekologi kesadaran.
Artinya, Dosen Blankon tidak lagi berhenti pada cara berpikir reflektif, tapi naik kelas menjadi cara hidup yang berkesadaran ekologis: antara diri, sesama, ilmu, dan semesta.
Dari Refleksi ke Resonansi
Dalam versi awal, refleksi berarti menatap ke dalam diri.
Dalam versi “mutasi” ini, refleksi harus beresonansi:
Pikiran tidak hanya memantul di kepala, tapi bergetar di semesta.
DNA Dosen Blankon versi ini bisa terdiri dari tiga spiral:
1. Kesadaran Diri (Spiritual) – berpikir bukan untuk tahu, tapi untuk menjadi sadar.
2. Kesadaran Sosial (Srawung) – berpikir tidak boleh meniadakan liyan, melainkan ngudhari bareng.
3. Kesadaran Semesta (Ekologis) – berpikir itu bukan menguasai bumi, tapi menyatu dengan tanah.
Dari Disrupsi ke Disrupsi Sunyi
Tagline lama: “Berpikir itu disruput, bukan ditelan.”
Dalam versi baru, muncul lapisan makna:
“Disrupsi sejati tidak menimbulkan kebisingan, tapi melahirkan keheningan yang mengubah.”
Artinya, DNA Dosen Blankon bukan tentang melawan sistem, tapi mengendapkan sistem lama sampai jernih, sehingga kesadaran baru bisa tumbuh alami.
Dari Guru ke Penjaga Kesadaran
“Dosen” dalam arti literal adalah pengajar. Tapi DNA baru ini ingin menggeser peran:
Dari pengajar menuju penjaga kesadaran (guardian of awareness).
Ia bukan hanya mentransfer ilmu, tapi menjaga nyala makna agar tak padam di tengah derasnya arus pragmatisme akademik.
Kalau boleh aku sruput lebih dalam lagi, Kak… DNA Dosen Blankon versi mutasi ini bisa disebut:
EKSOS GENESIS — lahirnya ekologi kesadaran.
Sebuah tahap evolusi dari “teori berpikir reflektif” menuju “spiritualitas keberadaan”.
