Dari Teori ke Ruang Hidup
Dosen Blankon generasi pertama banyak bermain di ranah konseptual — model berpikir reflektif, kesadaran budaya, dan spiritualitas intelektual.
Nah, eksperimen praksis baru ini ingin menyuntikkan DNA itu ke ruang hidup nyata, bukan sekadar ke ruang akademik.
“Ilmu tidak cukup disruput dalam kelas; ia harus dilarutkan dalam kehidupan.”
Maka lahirlah gagasan Laboratorium Kesadaran, yaitu ruang-ruang praksis di mana orang mengalami berpikir, bukan hanya belajar berpikir.
Format Eksperimen Praksis
Ada beberapa bentuk praksis yang bisa menjadi eksperimen nyata:
a. Ngopi Kesadaran
Forum kecil, tanpa podium, tanpa hierarki.
Setiap orang membawa satu pertanyaan yang mengusik hidupnya.
Diskusinya tidak diarahkan pada jawaban, tapi pada pembingkaian ulang kesadaran.
Filosofinya: “Kita tidak mencari benar, kita mencari jernih.”
b. Tapa Digital
Gerakan reflektif di tengah hiruk-pikuk teknologi.
Praksisnya: puasa posting, puasa komentar, puasa algoritma selama 7 hari untuk menata ulang relasi diri dengan dunia digital.
Spiritnya: “sunyi sebagai ruang epistemik.”
c. Sekolah Srawung
Komunitas lintas profesi yang belajar menganyam ide, bukan memperdebatkannya.
Setiap pertemuan menggabungkan cerita, kesenian, dan tafsir sosial sebagai satu ruang belajar utuh.
Di sini, srawung menjadi metode berpikir.
d. Ritus Kopi Pahit
Ritual sederhana tapi bermakna — minum kopi pahit bersama sambil membaca teks pemikiran dan merefleksikan hidup.
Tujuannya bukan nostalgia, tapi membumikan kesadaran intelektual ke rasa dan tubuh.
Prinsip Dasar Praksis
Semua eksperimen di atas berporos pada tiga prinsip Dosen Blankon:
1. Ngudar Rasa, Dudu Ngudar Dosa – berpikir itu membuka makna, bukan menghakimi.
2. Srawung Sebagai Metode – setiap dialog adalah bentuk olah kesadaran.
3. Ngopi Sebagai Ritual Kritis – secangkir kopi jadi medium untuk menunda kesimpulan dan memeluk kompleksitas.
Hasil yang Diharapkan
Eksperimen praksis ini bukan menghasilkan jurnal atau sertifikat, tapi:
Kesadaran yang menetes ke cara hidup.
Relasi sosial yang berakar pada empati.
Komunitas yang tumbuh organik, bukan mekanik.
Penutup: Dari Wacana ke Kehadiran
DNA Dosen Blankon versi praksis bukan ingin mendirikan institusi baru,
tetapi melahirkan ekosistem berpikir yang hidup, bernapas, dan berakar di tanah sendiri.
“Kalau berpikir itu disruput, maka hidup itu dihirup — perlahan, agar tidak tersedak kesadaran.”
