2025/10/20

Anak Belajar Alam: Implementasi Nilai Kewarganegaraan

 


Oleh: ANISATUS SUAIBAH, Mahasiswa RPL Afirmasi 2025 UNIKAMA, Guru KB-TK ABA 11 MALANG




Pembelajaran berbasis alam ini tidak hanya memperkaya pengetahuan anak, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kewarganegaraan yang berakar pada moralitas, empati, dan kecintaan terhadap ciptaan Tuhan.


Hari itu merupakan hari yang cerah di Kelompok Bermain (KB) ABA 11 Malang. Seperti biasa, anak-anak datang dengan penuh keceriaan dan semangat. Dengan wajah berseri, mereka menyapa guru-guru dengan ucapan “Assalamualaikum”, sambil disambut penuh kasih oleh para pendidik. Sebagai seorang guru yang mendampingi anak-anak usia 3–5 tahun, saya menyadari pentingnya memiliki kesabaran, ketelatenan, serta kepekaan emosional dalam memahami karakter dan kebutuhan belajar anak-anak yang unik, lucu, dan cerdas.

Tema pembelajaran pada hari itu adalah Binatang Ciptaan Allah SWT, dengan fokus pada binatang yang hidup di udara. Pembelajaran berlangsung secara kontekstual, di mana anak-anak diajak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar alamiah. Secara kebetulan, di halaman sekolah ditemukan sebuah sarang burung pipit yang terjatuh dari pohon. Temuan tersebut menjadi stimulus yang sangat menarik bagi anak-anak, menumbuhkan rasa ingin tahu dan semangat mereka untuk belajar lebih dalam.

Salah seorang anak bertanya, “Bunda, ini apa?” Saya menjelaskan bahwa benda tersebut adalah rumah burung pipit, tempat tinggal keluarga kecil burung yang biasanya berada di atas pohon. Anak-anak kemudian melanjutkan pertanyaan, “Terbuat dari apa rumah burung itu, Bunda?” Melalui pengamatan langsung, mereka menemukan bahwa sarang tersebut terbuat dari rumput dan ranting halus. Ketika saya menjelaskan bahwa burung membuat sarangnya sendiri untuk melindungi keluarganya dari bahaya, anak-anak tampak kagum. Dari dialog tersebut, terlihat bahwa rasa ingin tahu (curiosity) dan kemampuan berpikir kritis anak mulai berkembang secara alami.

Kegiatan sederhana ini menumbuhkan pemahaman nilai-nilai Pancasila, Dimensi ekologis dalam EKSOS Theory adalah latihan rasa hormat terhadap ciptaan.

Nilainya sejajar dengan sila pertama Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa, sebab mencintai alam berarti menghormati Sang Pencipta.. Mereka juga memahami nilai-nilai kewarganegaraan melalui pengalaman konkret, yaitu:

Menghargai hak makhluk hidup lain.

Anak-anak belajar bahwa semua makhluk hidup memiliki hak untuk hidup dan dilindungi. Saat mereka berkata, “Jangan ganggu rumah burung, kasihan anaknya,” hal tersebut menunjukkan munculnya empati dan kesadaran moral sebagai warga negara yang menghormati kehidupan makhluk lain.

Menumbuhkan rasa cinta terhadap tempat tinggal (lokalitas).

Lingkungan sekolah yang asri dan aman menumbuhkan rasa memiliki dan kebanggaan terhadap tempat belajar mereka. Anak-anak merasa nyaman, terlindungi, dan memahami bahwa lingkungan sekitar merupakan bagian penting dari kehidupan bersama.

Mengajarkan etika hidup sederhana dan tidak berlebihan.

Melalui pembelajaran ini, anak-anak memahami bahwa kebutuhan hidup dapat dipenuhi secara sederhana sesuai dengan yang disediakan alam. Mereka belajar untuk tidak bersikap berlebihan dan mensyukuri segala ciptaan Allah SWT.

Menurut Bronfenbrenner (1979) dalam The Ecology of Human Development, perkembangan anak tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Interaksi antara anak dan konteks ekologis tempat ia tumbuh akan membentuk karakter, kepribadian, dan nilai sosialnya. Dalam konteks ini, pengalaman anak-anak dalam mengamati sarang burung merupakan proses belajar ekologis yang membangun kesadaran sosial dan moral.

Sarang burung tersebut menjadi simbol pembelajaran yang mendalam: tentang kerja sama, ketekunan, dan adaptasi terhadap lingkungan. Anak-anak memahami bahwa, sebagaimana burung yang membangun sarangnya dengan gotong royong dan ketelitian, manusia juga perlu bekerja sama, saling membantu, dan menjaga keseimbangan alam. Dengan demikian, pembelajaran berbasis alam ini tidak hanya memperkaya pengetahuan anak, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kewarganegaraan yang berakar pada moralitas, empati, dan kecintaan terhadap ciptaan Tuhan.

Postingan Terkait

Cari Blog Ini