2025/09/07

Hari Aksara: Pelita Literasi VS Zaman Digital

Hari Aksara adalah momentum refleksi bahwa aksara bukan sekadar huruf mati, melainkan cahaya kehidupan. 

Dalam setiap goresan aksara tersimpan daya yang mampu mengubah jalan sejarah, menyalakan obor literasi, dan menguatkan identitas bangsa.


Tanpa aksara, manusia kehilangan jembatan menuju pengetahuan. Generasi hanya berjalan dalam kegelapan, tak mampu menafsirkan tanda zaman. Maka, memperingati Hari Aksara berarti menjaga denyut literasi, agar masyarakat Indonesia tetap tangguh dalam menghadapi derasnya arus informasi di era digital.


Hari Aksara mengajarkan bahwa literasi bukan hanya sekadar membaca atau menulis, tetapi keberanian menafsirkan realitas, menimbang kebenaran, serta menebar gagasan yang membangun. Inilah inti pendidikan literasi yang harus terus ditumbuhkan, baik di sekolah, keluarga, maupun ruang digital.


Aksara ibarat lentera di malam pekat. Ia memberi arah bagi yang tersesat, membuka pintu bagi yang terkunci, dan menjadi warisan yang melampaui waktu. Dari prasasti kuno hingga layar gawai masa kini, aksara adalah jembatan dialog antar-generasi. Di era teknologi, literasi digital menjadi wajah baru perjuangan aksara. Membaca bukan hanya teks, melainkan juga makna tersembunyi dalam berita, simbol, bahkan algoritma. Dengan begitu, Hari Aksara memiliki makna universal: menumbuhkan manusia yang merdeka berpikir, kritis, dan berdaya saing global.


Mari kita jadikan Hari Aksara lebih dari sekadar perayaan. Setiap huruf yang kita kenalkan pada anak, setiap kalimat yang kita rangkai di media sosial, adalah benih yang tumbuh menjadi pohon pengetahuan. Jadilah penjaga api aksara. Sebab, ketika literasi terjaga, bangsa ini akan melangkah mantap menuju masa depan yang terang benderang.

Postingan Terkait