2025/09/07

Hal Unik Literasi Dosenblankon

Dosenblankon tidak hanya menyampaikan materi satu arah, tapi sering menutup dengan ajakan atau pertanyaan terbuka. Ini menunjukkan karakter komunikatif yang mengedepankan relasi dengan audiens, bukan sekadar transfer ilmu.

1. Literasi Sebagai Jalan Transformasi Sosial

Gerakan literasi Dosenblankon tidak berhenti pada aktivitas membaca-menulis semata, melainkan diposisikan sebagai alat untuk membentuk kesadaran kritis, mengasah empati, dan mendorong perubahan sosial. Literasi dipandang sebagai “jembatan” menuju keadilan pengetahuan.

2. Kekuatan Metafora dalam Literasi

Hampir semua gagasan literasi dikemas dalam metafora—literasi sebagai obor, jendela, akar, atau jalan panjang. Hal ini membuat pesan literasi tidak hanya informatif, tetapi juga menyentuh rasa, sehingga mudah melekat dalam ingatan.

3. Integrasi Akademik dan Populer

Literasi yang dikembangkan tidak kaku akademis, melainkan dipadukan dengan gaya populer yang ringan. Misalnya, pemanfaatan media sosial, konten kreatif, hingga bahasa sehari-hari untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

4. Literasi Multidimensi

Gerakan ini tidak semata fokus pada teks buku, tetapi juga merambah ke literasi digital, visual, naratif, bahkan literasi budaya. Dengan begitu, literasi dipahami sebagai keterampilan hidup yang holistik, bukan sekadar kegiatan membaca.

5. Kecenderungan Partisipatif dan Humanis

Dosenblankon menekankan interaksi dalam setiap aktivitas literasi—selalu ada ajakan dialog, refleksi, bahkan kolaborasi. Ini menunjukkan bahwa literasi dipandang sebagai ruang hidup bersama, bukan sekadar aktivitas individu.


Postingan Terkait