5 Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional
Perlu kita ketahui bahwa kecerdasan emosional berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Seorang tokoh psikologi bernama Goleman mendefinisikan kecerdasan emosional ialah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi dan melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Ada sebuah contoh bagaimana kecerdasan emosi sangat
mempengaruhi kehidupan sehari-hari, misal saja di sekolah. Seorang guru tengah
mempersiapkan bank soal HOTS dan LOTS untuk latihan para siswanya. Guru
tersebut sudah melakukan persiapan tersebut di rumah. Tiba-tiba anaknya membuat
ulah dengan menumpahkan air di tempat tidur dan ia tidak dapat mengendalikan
emosi.
Ia memukul anaknya yang dianggap nakal dan mengganggu
pekerjaannya. Alih-alih membereskan masalah anak, suaminya tidak terima dan
marah kepadanya hingga suasana memanas. Hingga tengah malam suasana hati seisi
rumah sangat tidak nyaman, ia sulit konsentrasi dan akhirnya membuat
pekerjaannya terbengkalai. Esoknya ia terburu-buru dan pekerjaannya tidak
maksimal. Begitulah jika Kita memiliki kecerdasan emosi yang rendah.
Lalu bagaimana cara meningkatkan kecerdasan emosi? Simak 5
poin penting berikut.
1. Mengenali Emosi yang Anda Rasakan
Seringkali kita menyangkal atas hadirnya perubahan perasaan.
Misalnya, tadinya Anda merasa senang tiba-tiba menjadi sedih ketika mengingat
masa lalu. Kenali emosi Anda dengan cara tanyakan pada diri sendiri.
“Apa yang kamu rasakan?”
“Apa yang membuat kamu sedih?”
“Apa yang membuat kamu marah”
Tanyakan pada diri Anda kalimat semacam itu dan jawablah
dengan jujur, akui dengan perasaan objektif terlebih dahulu. Ketika sudah tahu
apa penyebabnya, Anda akan sedikit lebih tenang dan jernih sehingga akan lebih
bijak mengambil sikap.
2. Mengekspresikan Emosi dengan Tepat
Setelah mengenali emosi, tahap selanjutnya ekspresikan
dengan tepat. Apa saja syarat “tepat” dalam mengekspresikan emosi? Pertama,
pahami apa yang akan Anda sampaikan, setelah memahami siapkan kata-kata yang
asertif untuk mengungkapkan emosi Anda. Apabila Anda ingin menangis pahami
situasi terlebih dahulu dan pikirkan akibatnya. Jika Anda bisa sedikit menahan,
maka Anda dapat terhindar dari rasa malu.
Kedua, Anda tidak perlu meledak-ledak agar orang lain paham
dengan perasaan Anda, sampaikan apa yang perlu saja, misalnya “Hei, aku
tidak suka kalau kamu berbuat seenaknya, mari berteman dengan baik dan tidak
saling merugikan”, padat dan jelas.
3. Berempati
Dengan berempati kita telah meningkatkan kemampuan EQ.
Definisi empati sendiri ialah kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang
lain. Sebagai contoh, Ari adalah seorang siswa yang kurang jago di bidang
Matematika. Bulan depan ia akan menjalani ujian AKM, sehingga guru
memberikannya latihan soal AKM yang harus ia kerjakan setiap hari.
Di bagian “hitung-hitungan” ia selalu mengalami kesulitan.
Ia memiliki kakak yang jago di bidang Matematika, karena kakaknya memiliki
empati yang bagus, ia tidak menghakimi Ari ketika berkali-kali bertanya tentang
contoh soal ujiannya. Kakaknya memahami adiknya tidak berbakat di bidang
tersebut.
4. Memotivasi Diri
Kita pasti pernah memberikan motivasi pada orang lain ketika
mereka sedang sedih, kecewa atau ketika beramarah. Kita selalu berusaha berbaik
hati pada orang lain tapi lupa berbaik hati pada diri sendiri. Motivasilah diri
sendiri ketika menghadapi emosi-emosi negatif dan syukuri setiap merasakan
emosi positif.
Sebagai contoh, Rudy ialah seorang guru IPA sekaligus atlet
bulu tangkis. Dalam waktu seminggu ia harus mempersiapkan diri untuk turnamen
nasional, tetapi ia juga mendapatkan tugas untuk melatih guru-guru lain dalam
cara membuat soal. Ia bingung dan panik, ia juga kesal karena mendapatkan tugas
dadakan. Akhirnya ia memotivasi dirinya lebih positif, sehingga ia dapat
mengatur waktu dengan baik. Pada akhirnya Rudy memanfaatkan platform pembelajaran kejarcita untuk menyelesaikan tugasnya.
5. Melatih Pengendalian Diri
Bagaimana melatih pengendalian diri? Jika Anda sedang marah
dan ingin meledak, cobalah hitung satu sampai sepuluh. Jika sudah menghitung
tapi masih merasa ingin meledak, hitung lagi hingga 50. Dengan cara tersebut
Anda akan lebih tenang dan dapat mengurungkan niat untuk “meledakkan bom”. Cara
ini juga dapat meningkatkan rasionalitas kita.
Contohnya, Andini adalah seorang ibu muda yang memiliki anak
usia 8 tahun. Anaknya akan menghadapi ujian sekolah, maka ia harus belajar dan
Andini mendampinginya. Anaknya berkali-kali bertanya tentang hal yang sama,
yakni soal ujian sekolah SD yang belum dipahaminya. Andini mulai emosi, ia
ingin meledak. Ia meminta waktu sejenak untuk berdiam diri, lalu menghitung
satu sampai sepuluh dalam hati. Setelah hitungan ke sepuluh emosinya lebih reda
dan melanjutkan pendampingan belajar.
Itulah beberapa tips yang dapat Anda lakukan untuk
meningkatkan kecerdasan emosional. Untuk melihat beberapa tips lainnya tentang
parenting dan pendidikan, Anda dapat mengunjungi website kejarcita.id. Semoga
bermanfaat!