Cerita 22: "Dari Pemalu Menjadi Pemberani"
Ibu Rina selalu khawatir dengan sifat anaknya, Dani, yang sangat pemalu. Di usia 8 tahun, Dani lebih suka menghabiskan waktu sendiri di rumah daripada bermain dengan teman-temannya. Setiap kali ada acara di sekolah atau komunitas, Dani selalu merasa cemas dan enggan ikut serta. Rina sering bertanya-tanya bagaimana agar Dani bisa lebih berani dan terbuka dengan orang lain.
Suatu hari, Rina mendengar bahwa akan ada pertunjukan Bantengan di alun-alun desa. Ketika ia memberitahu Dani, anaknya hanya menatapnya dengan ragu. “Ibu, nanti aku takut, deh. Kalau ada yang kesurupan dan berteriak-teriak,” kata Dani dengan suara pelan. Rina tersenyum dan berusaha meyakinkan, “Tidak usah takut, Nak. Ini hanya pertunjukan, dan kita akan menontonnya bersama-sama.”
Akhirnya, mereka berdua pun berangkat ke alun-alun. Saat tiba, Dani terlihat masih merasa cemas, terutama mendengar suara gamelan yang keras dan melihat topeng banteng yang besar. Namun, Rina membimbing Dani untuk duduk di tempat yang agak jauh dari panggung, supaya ia merasa lebih nyaman.
Pertunjukan dimulai, dan ketika salah satu pemain Bantengan mulai kesurupan dan berlari ke arah penonton, Dani memegang tangan ibunya dengan erat. Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Seiring berjalannya waktu, Dani mulai melihat ke sekelilingnya, memperhatikan bagaimana anak-anak lain tertawa dan menikmati pertunjukan. Bahkan, Dani mulai tersenyum kecil, dan seolah-olah tertarik dengan gerakan para pemain Bantengan.
Pada akhir pertunjukan, Dani berkata, “Ibu, aku ingin coba pakai topeng banteng juga.” Rina terkejut mendengar perubahan dalam diri Dani. Ia tidak menyangka bahwa pertunjukan yang awalnya membuat Dani cemas, justru menginspirasinya untuk lebih berani dan tidak takut lagi.
Pesan Moral:
Terkadang, pengalaman yang menantang bisa membantu kita tumbuh menjadi lebih berani. Jangan takut untuk mencoba hal-hal baru, karena kita tidak pernah tahu bagaimana hal itu bisa mengubah diri kita.