Begini Cara Pembelajaran Huruf Jawa
Membuat siswa bisa menulis Jawa tak hanya berhandai-handai. Ungkapan ini ternyata menjadi tantangan seorang guru dalam mengajarkan menulis Jawa kepada siswa-siswinya.
Oleh Gatot Sarmidi
Menulis dan membaca tulisan Jawa semestinya menjadi kompetensi wajib yang dikuasai oleh orang Jawa. Kenyataan bahwa anak-anak Jawa tak semuanya bisa membaca dan menulis Jawa dalam kehidupan modern memang serasa diabaikan. Meskipun, bahasa Jawa sebagai muatan lokal sudah diajarkan di sekolah-sekolah.
Kembali pada filsafat pendidikan, guru sebagai pamong menjadi panutan dan teladan. Itulah, guru, orang tua, dan generasi ke generasi tak banyak yang mampu memberikan contoh dalam hal membaca dan menulis Jawa. Akhirnya, kesulitan pelajar dalam membaca dan menulis Jawa pun terabaikan.
Belajar menulis Jawa semestinya bersifat berkelanjutan dan lebih cocok diajarkan dengan melandaskan pembelajarannya berdasarkan pendekatan konstruktivisme yang berbasis pengalaman belajar nyata. Memang harus telaten. Menulis Jawa perlu modeling dan skafolding. Begitu juga pada pembelajaran membaca dan menulis pada umumnya, pendekatan frekuensi akan senantiasa membuat banyak siswa cepat mampu menggunakan tulisan Jawa sebagai sarana berpikir dan berkomunikasi.
Tak hanya agar budaya Jawa tak hilang dan harus bisa dipertahankan. Meskipun digitalisasi sudah membuat lengah dan berkecamuk kepungan informasi yang semakin melimpah ruah. Ungkapan wong Jawa ilang jawane mesti harus ditepis. Lokalitas dan kearifan lokal janganlah hilang. Bukan hanya pada tataran konsep dan ideologi, tapi harus lebih nyata pada laku dan hasil karya.
Deep learning konsep baik untuk pembelajaran lebih mendalam, bermakna, dan menyenangkan, guru bahasa Jawa menyambut dan mengimplementasikan. Banyak cara menyangkut pendekatan, metode, dan teknik menarik. Hasil yang diharapkan prestasi siswa meningkat, motivasi lebih baik, sikap positif tumbuh, dan usaha membudayakan kemahiran membaca dan menulis Jawa terwujud.
Kenyataan bahwa pendekatan pembelajaran konvensional berlangsung dalam pembelajaran bahasa Jawa di sekolah. Termasuk pembelajaran menulis dan membaca teks menggunakan huruf Jawa. Dugaan pada masalah ini pembelajaran bahasa Jawa yang cenderung berfokus pada hafalan seringkali kurang efektif dalam menumbuhkan pemahaman yang mendalam.
Pembudayaan kembali melek baca tulis huruf Jawa perlu usaha nemadai. Oleh karena itu, untuk mewujudkannya diperlukan inovasi dalam metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa menjadi lebih baik.
Guru bahasa yang profesional tak hanya mampu mempromosikan pemahaman konsep yang lebih dalam, dan pada akhirnya meningkatkan kemampuan menulis aksara Jawa. Tetapi, siswanya pun menyenangi dan menjadikan kebiasaan membaca dan menulis Jawa sebagai kebutuhan sehari-hari.
Pembelajaran mendalam (deep learning) menawarkan kerangka kerja pedagogis yang berfokus pada pemahaman yang melampaui hafalan mekanistis. Gagasan konseptual yang memberikan tantangan kepada guru-guru bahasa Jawa. Termasuk, penguasaan teks dan khazanah pengetahuan lokal yang tidak sedikit bisa ditransformasikan menjadi kompetensi berdampak kemajuan dan menjadi strategi kekuatan budaya. Lokalitas tetap penting, janganlah dimatikan.
Sebagai contoh praktik nyata bahwa pembelajaran aksara Jawa di tingkat SMP umumnya mencakup pengenalan aksara nglegena, sandhangan, pasangan, dan penggunaannya dalam menulis kata dan kalimat sederhana sudah tepat dilakukan sebagai dasar. Namun, faktor faktor pendukung haruslah diperhatikan agar kemampuan dasar itu bisa ditingkatkan menjadi kemampuan lebih lanjut.
Tantangan dalam pembelajaran bahasa Jawa, utamanya pada baca tulis dengan aksara Jawa seringkali terletak pada kompleksitas sistem aksara dan kurangnya keterkaitan dengan pengalaman sehari-hari siswa. Pendekatan integratif yang digunakan oleh guru diperlukan. Pendekatan ini menggabungkan keterampilan yang sifatnya terpadu, termasuk penyiapan materi dan lembar kerja yang didesain guru merupakan langkah awal yang baik. Selanjutnya dalam pelaksanaannya implementasi deep learning dapat memperkaya pendekatan ini dengan fokus pada pemahaman yang lebih mendalam dan relevansi bagi siswa.