Kepala sebagai Altar Kesadaran Pemimpin Pancasila
Dalam kehidupan berbangsa, kepala diibaratkan sebagai altar kecil tempat seorang pemimpin menundukkan dirinya sebelum menatap dunia, sehingga Pancasila menjadi dasar moral yang menjaga arah tindakan dan keputusan. Gagasan inti tulisan ini adalah bahwa Pancasila bukan sekadar ideologi negara, tetapi pedoman karakter yang menuntun setiap warga—terutama pemimpin muda—untuk bertindak bijak, berbudi, dan bertanggung jawab.
Oleh: Gordianus Marlo Putra, Mahasiswa Stikes Panti Waluya Malang
Tulisan ini disusun oleh seorang pelajar yang mencoba memahami kedudukan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada lingkungan pendidikan seperti SMP, di mana nilai-nilai dasar kepemimpinan dan kesadaran diri mulai dibentuk.
Alasan pentingnya membahas hal ini adalah karena banyak peserta didik pada tingkat SMP sedang berada pada masa pencarian jati diri. Pada masa ini, mereka membutuhkan pondasi nilai yang kuat agar tidak mudah terpengaruh oleh perilaku negatif. Pancasila, jika dipahami sejak dini, menjadi pedoman yang mampu menumbuhkan sikap menghormati, bertanggung jawab, dan menghargai perbedaan. Contohnya, ketika siswa SMP memilih ketua kelas, nilai Pancasila dapat menjadi acuan untuk menentukan pemimpin yang jujur dan menghargai teman.
Rumusan pemikiran yang diajukan dalam tulisan ini adalah bahwa pendidikan Pancasila perlu dihidupkan tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga melalui tindakan nyata, seperti memberi kesempatan kepada siswa SMP untuk mempraktikkan sikap gotong royong, toleransi, dan keadilan dalam kegiatan sekolah. Dengan demikian, nilai Pancasila tidak berhenti sebagai hafalan, tetapi menjadi karakter yang membentuk perilaku.
Pancasila sebagai altar kesadaran menuntun para siswa, guru, dan calon pemimpin muda untuk menundukkan ego sebelum mengambil keputusan, sebagaimana sila-sila Pancasila mengajarkan kerendahan hati, musyawarah, penghargaan terhadap keberagaman, dan rasa persatuan. Di lingkungan SMP, nilai ini diwujudkan misalnya ketika siswa bekerjasama membersihkan kelas, melakukan pembagian tugas piket secara adil, menyelesaikan masalah antarteman melalui musyawarah, atau menghormati teman yang berbeda agama. Semua contoh tersebut menunjukkan bahwa Pancasila bukan teori yang jauh dari realitas, tetapi pegangan hidup yang menuntun tindakan sehari-hari.
Oleh karena itu, marilah kita menjadikan Pancasila sebagai altar kesadaran yang selalu mengingatkan kita untuk berbuat baik, terutama bagi para pelajar SMP yang sedang bertumbuh menjadi pemimpin masa depan. Jadikan Pancasila sebagai pedoman dalam bersikap, belajar, berteman, dan mengambil keputusan, agar setiap langkah kita mencerminkan nilai

