2025/11/17

Kepahlawanan VS Keviralan


Dari artikel dosen blangkon yang say abaca yaitu tentang “Hari Pahlawan dalam Perspektif Blankonisme” terdapat satu kutipan yaitu kalimat “Blankonisme mengingatkan bahwa pahlawan sejati tidak butuh sorotan, karena cahaya mereka berasal dari dalam, bukan pantulan luar”.

Oleh: Tabitha Rigi Natasya, Mahasiswa STIKES Panti Waluya Malang.

Pada kutipan ini diingatkan dimana nilai kepahlawanan yang sejati itu tidak diukur dari seberapa sering seseorang tersebut disorot seperti misalnya perintis Kemerdekaan Indonesia bernama Sayuti Melik, dimana beliau ini menjadi salah satu tokoh sebagai pengetik naskah pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Beliau ini menunjukkan bukti ketulusan hati dan kontribusi nyata dalam membantu kelancaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia kala itu. 

Memaknai dengan dikaitkan pada kondisi warga negara Indonesia di era sekarang di jaman kehidupan yang modern, canggih, dan instan ini seseorang tidak lepas dengan yang Namanya media sosial. Lalu apa hubungannya dengan kutipan diatas tersebut? Banyak seseorang seperti mulai menerapkan budaya pencitraan, dimana seseorang banyak yang berlomba lomba ingin terlihat hebat, sukses, ataupun dapat berpengaruh baik terhadap masyarakat lainnya. 

Meskipun tujuannya baik namun disisi lain juga terkadang terlihat seperti ketulusan dengan melakukan perbuatan baik kepada sesama ini justru ditunjukkan kepada orang yang kenal dengan kita maupun tidak untuk menunjukkan bahwa apa yang dilakukan ini baik. Seolah kebaikan yang dilakukan ini justru ingin membuat seseorang mengharapkan validasi yang baik tentang dirinya. 

Contoh yang sekarang ramai dimedia sosial adalah dimana seseorang ini akan memberikan sedikit bantuan berupa uang/makanan dan lain sebagainya dan dibuat dalam bentuk video bagaimana dari pemberiannya. 

Sebagian orang lain beropini bahwa seseorang ini menaikkan validasinya diri sendiri untuk menjadikan kontenya viral lewat ia membuat suatu video yang ia akan memberikan sesuatu kepada target yang dituju. Hal ini kurang menyenangkan bila digunakan dan dimanfaatkan berlebihan untuk diri sendiri. Dan disatu sisi seseorang ini inginya disorot lebih namun tidak memiliki ketulusan dari hati. 

Sehingga diharapkan pada kutipan tersebut warga Indonesia dapat meneladani makna kutipan ini dengan berbuat baik tanpa pamrih dan melakukannya dengan ikhlas.


Postingan Terkait

Cari Blog Ini