2025/05/01

Cerita 10: "Mengajarkan Nilai Lewat Bantengan"

Ibu Rini duduk di deretan paling depan, bersama murid-muridnya yang sedang dalam kegiatan studi lapangan. Mereka semua, anak-anak kelas 4 SD, memandang penuh harap ke panggung. 

Sebagai guru yang mengajar Pendidikan Kewarganegaraan, Ibu Rini ingin anak-anaknya merasakan langsung apa itu tradisi dan budaya. Malam itu, mereka akan menyaksikan pertunjukan Bantengan yang sudah terkenal di desa mereka.


Ketika gamelan mulai berbunyi, Ibu Rini memperhatikan ekspresi wajah anak-anaknya. Beberapa tampak takut, beberapa lain tersenyum, tapi semua terpesona. Tiba-tiba, seorang pemain banteng yang besar mendekat ke arah mereka, dan anak-anak berteriak ketakutan. Ibu Rini tersenyum dan berkata, "Jangan takut. Itu hanya topeng, tapi lihat bagaimana mereka melestarikan budaya mereka dengan penuh semangat."


Saat salah satu pemain “kesurupan,” berteriak keras dan melompat ke arah penonton, Ibu Rini memegang bahu seorang anak yang mulai menangis, "Lihat! Itu adalah bentuk pengabdian kepada seni dan budaya kita. Mereka berani menunjukkan siapa diri mereka melalui pertunjukan ini."


Ibu Rini tahu, ini bukan sekadar hiburan. Ia ingin anak-anaknya memahami pentingnya keberanian, dedikasi, dan rasa hormat pada tradisi. Setelah pertunjukan selesai, ia mengajak anak-anak untuk berbicara tentang apa yang mereka rasakan. Beberapa mengaku takut, beberapa merasa kagum. Ibu Rini menutup diskusi dengan mengatakan, "Budaya kita mengajarkan kita untuk berani, menghormati, dan terus berjuang untuk menjaga apa yang berharga."


Pesan Moral:

Kesenian adalah cara kita mengenal dan menghargai tradisi. Melalui seni, kita belajar tentang keberanian, rasa hormat, dan pentingnya melestarikan budaya untuk generasi yang akan datang.


Postingan Terkait