Cerita 13: "Keajaiban di Balik Topeng Bantengan"
Andi, seorang anak kecil yang ceria, duduk di pangkuan ayahnya di sebuah lapangan desa yang ramai. Malam itu, desa mereka mengadakan pertunjukan Bantengan untuk merayakan hari besar.
Andi belum pernah melihatnya sebelumnya, dan meskipun sedikit merasa penasaran, ia juga merasa sedikit takut dengan cerita-cerita misterius yang sering didengarnya tentang pertunjukan itu.
"Jangan takut, Nak. Ini hanya kesenian. Lihatlah betapa serunya," kata ayahnya sambil tersenyum, merangkul Andi dengan lembut.
Saat gamelan mulai terdengar, Andi terkejut. Suara yang begitu keras dan bersemangat itu membuatnya terdiam sejenak. Ia melihat para pemain dengan topeng banteng besar, bergerak dengan cepat dan mengeluarkan suara keras. Tapi bukannya takut, Andi malah merasa terpesona.
Ia melihat satu pemain yang berlari dengan gerakan seperti banteng, menari dengan penuh semangat, seolah-olah tidak ada batasan bagi tubuhnya. Andi yang duduk di pangkuan ayahnya, tak bisa menahan rasa kagum. "Keren sekali!" bisiknya sambil melompat-lompat kecil di pangkuan ayahnya.
Kemudian, salah satu pemain yang terlihat seperti banteng raksasa mendekat ke arah mereka. Andi hampir terlonjak ketakutan, tetapi ayahnya memegang tangannya dan berkata, "Jangan takut, dia hanya menari. Itu adalah cara mereka menunjukkan rasa hormat pada budaya."
Pemain banteng itu berhenti tepat di depan mereka, menatap Andi dengan mata yang kosong. Tiba-tiba, ia mengangkat tangannya seolah memberi salam, dan Andi membalas dengan anggukan kecil. Saat itu, Andi merasa bahwa ada sesuatu yang magis dalam pertunjukan ini—sesuatu yang lebih dari sekadar topeng dan tarian.
Setelah pertunjukan selesai, Andi berlari menuju panggung dengan semangat. "Ayah, aku ingin jadi seperti mereka!" katanya. Ayahnya tersenyum, bangga melihat semangat anaknya yang baru tumbuh.
Pesan Moral:
Ketika kita berani menghadapi yang baru dan tidak membiarkan rasa takut menghalangi, kita bisa menemukan keajaiban yang tak terduga.